Faulner dan Kieft saat itu sedang asyik ngobrol saat tiba-tiba pelaku datang, duduk di meja sebelah, dan meledakkan rompi yang berisi bahan peledak.
Dalam wawancara dengan ABC, Faulner mengatakan pelaku tampaknya sengaja menghampiri meja mereka karena merekalah orang asing di antara pengunjung cafe saat itu.
Faulner yang warga negara Jerman berprofesi sebagai konsultan sedangkan rekannya Johan Keift warga negara Belanda dan bekerja di kantor PBB.
Ledakan itu mengakibatkan empat orang meninggal dan 20-an lainnya luka-luka, beberapa di antaranya kritis.
Kedua sahabat ini ngobrol tentang liburan mereka masing-masing dan tiba-tiba "Muncul cahaya yang disusul bunyi ledakan," katanya.
"Saya merasakan seperti ditampar dari sisi kanan wajah saya dan terasa sangat panas dan berbau mesiu yang membakar kulit dan rambut," kata Faulner.
Dia mengaku sudah pasrah dan merasa tak akan selamat, namun belakangan dia berhasil membuka kedua matanya.
Saat mencoba bangkit, Faulner terpeleset di serpihan kaca dan sempat melukasi lengan kanannya.
Namun rekannya, Kieft, mengalami cedera berat dan kini masih dirawat intensif di salah satu rumahsakit di Singapura. Diharapkan kondisinya akan membaik.
"Rekan saya ini masih terduduk di kursi di depan saya, menatap saya," jelas Faulner.
"Saya balas tatapannya, namun dia masih tetap seperti itu, dan saya berteriak, ayo pergi, cepat, ada bom. Johan, ayo cepat. Tapi dia tidak bergerak dan tidak bereaksi sama sekali," tutur Faulner memaparkan situasi pasca ledakan.
Faulner mengatakan saat mencoba lari dia menyadari bagian kanan tubuhnya kena api dan begitu banyak serpihan kaca berserakan.
Dia mengaku mendengar ledakan lainnya di luar kafe dan mengambil keputusan untuk berlari ke arah berbeda.
Faulner mengaku tidak bisa menolong rekannya itu yang memang tubuhnya jauh lebih besar.