Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ancaman Siklon Mangkhut, Kasino di Makau Tutup untuk Kali Pertama

Kompas.com - 16/09/2018, 13:13 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber AFP

MAKAU, KOMPAS.com - Makau terkenal dengan bisnis kasinonya yang mewah dan buka selama 24 jam sehingga menyedot banyak wisatawan untuk bermain judi.

Namun, seluruh kasino di wilayah tersebut terpaksa tutup untuk pertama kali dalam sejarah, menyusul ancaman siklon tropis yang diperkirakan sampai pada Minggu (16/9/2018).

AFP mewartakan, pemerintah wilayah pesisir ini memutuskan untuk menutup 42 kasino, yang juga juga telah disetujui oleh pemimpin kota dan bos-bos judi.

Baca juga: Siklon Tropis Mangkhut Bakal Terjang Filipina, Ribuan Orang Mengungsi

"Penghentian operasional judi untuk keselamatan karyawan kasino, pengunjung, dan penduduk," demikian pernyataan pemerintah.

Staf kasino mengatakan, lokasi perjudian akan ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut. Sementara, pemerintah kota telah menaikkan peringatan badai tertinggi kedua.

Jalanan yang biasanya dipenuhi sesak oleh turis, kini terlihat sepi. Sementara, pertokoan dan lokasi bisnis lainnya nampak dipenuhi oleh karung pasir.

Sebelumnya, pemerintah Makau dikecam oleh penduduknya pada tahun lalu karena gagal mengantisipasi terjangan Topan Hato yang menewaskan 12 orang dan menyebabkan kerusakan.

Kepala badan cuaca setempat mengundurkan diri akibat peristiwa tersebut. Pemerintah dipaksa untuk minta maaf atas ketidakmampuan mengantisipasi topan yang menjadi pukulan terburuk di Makau dalam lebih dari 50 tahun.

Mangkhut di Filipina

Sementara itu, siklon tropis Mangkhut menewaskan 25 orang di Filipina. Siklon menghancurkan rumah-rumah dan menyebabkan banjir.

Baca juga: Siklon Tropis Mangkhut Terbentuk, Akankah ada Gelombang Tinggi Lagi?

Badai menyerang pulau Luzon, dan kini berada di jalur untuk memasuki wilayah pesisir China. Pertanian di pulau tersebut terancam gagal panen akibat banjir lumpur yang merendam tanamam.

"Kami sudah sangat miskin, dan kemudian badai menerjang. Kami kehilangan harapan," kata Mary Anne Baril, petani jagung dan beras.

"Kami tidak punya cara lain untuk bertahan hidup," imbuhnya.

Lebih dari 105.000 orang memilih untuk meninggalkan rumah mereka di sebagian besar wilayah pedesaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com