Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah AS Izinkan Pembuatan Pil Obat dengan Sensor Lacak

Kompas.com - 15/11/2017, 13:19 WIB
Veronika Yasinta

Penulis

Sumber AFP


WASHINGTON, KOMPAS.com - Pemerintah Amerika Serikat telah menyetujui pil dengan sensor pelacakan digital, yang berfungsi untuk mengingatkan dokter dan perawat tentang kesesuaian jadwal minum obat pasien.

Pasien diharapkan makin patuh meminum obat demi kesembuhan penyakitnya.

Dilansir dari AFP, Rabu (15/11/2017), pil itu dinamakan Abilify MyCite, merupakan tablet aripiprazole dengan sensor lacak yang dirancang untuk pasien dengan skizofrenia, gangguan bipolar dan depresi.

Pasien akan menelan pilnya, kemudian sensor di dalam pil aktif ketika mencapai perut, dan mengirim pesan ke plester yang diteruskan ke aplikasi mobile.

Informasi tersebut bisa diakses oleh dokter, perawat, teman, dan anggota keluarga melalui portal berbasis web.

Baca juga : 5.000 Pil Ekstasi Berbentuk Muka Donald Trump Disita Polisi di Jerman

Direktur divisi produk psikiatri FDA, sebuah badan pengawasan obat dan makanan AS, Mitchell Mathis mengatakan FDA mendukung pengembangan dan penggunaan teknologi baru dalam resep obat.

"Sensor ini dapat melacak konsumsi obat yang diresepkan bagi pasien dengan gangguan mental sehingga akan sangat berguna," katanya.

Meskipun sensor itu bisa mengungatkan perawat, namun pembuat Abilify, Otsuka Pharmaceutical yang berbasis di Jepang, justru masih meragukan manfaat alat itu untuk meningkatkan kemampuan pasien untuk minum obat sesuai dengan waktunya.

Kepala Psikiatri Northwell Health's Huntington Hospital, Seth Mandel menyatakan, pasien dengan kecenderungan paranoia akan merasa sedikit tidak nyaman dimonitor dengan sensor.

"Pasien dengan gangguan bipolar dan skizofrenia sering tidak patuh terhadap pengobatan mereka dan hasilnya hampir selalu kambuh," ucapnya.

Baca juga : Faktor Risiko Bunuh Diri pada Pasien Bipolar

Di sisi lain, penggunaan sensor lacak di pil berpotensi menjadi kemajuan dalam perjuangan untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan.

Scott Krakower, kepala unit psikiatri di Rumah Sakit Bukit Zucker mengatakan, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui bagaimana pil tersebut mempengaruhi orang-orang dalam kehidupan nyata.

"Ini bisa menjadi alat yang sangat membantu untuk menolong beberapa pasien kami, yang sering memiliki kesulitan untuk fokus dan berkonsentrasi sehingga lupa minum obat," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com