Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/05/2017, 08:07 WIB

KAIRO, KOMPAS.com - Marco Ayed Habib, remaja lelaki yang berusia 14 tahun yang duduk di kelas tiga sekolah persiapan, terlihat riang di mobil bak terbuka milik ayahnya bersama adiknya, Mina, dan beberapa pekerja lain.

Mereka bergerak di jalan menuju sebuah biara di jalan raya gurun di Provinsi Minya, Mesir Hulu.

Tak pernah terlintas di benak bocah lugu tersebut bahwa perjalanan itu akan berubah menjadi tragedi; ayahnya termasuk di antara 30 korban yang ditembak oleh pelaku teror, Jumat (26/5/2017).

Marco selamat dan menjadi saksi meskipun ia tak bisa menahan air mata mengalir saat ia menceritakan peristiwa naas yang menimpa dia, ayahnya, dan adiknya.

Baca: Bus Ditembaki, Puluhan Jemaat Kristen Koptik di Mesir Tewas

"Dua pria menghentikan mobil kami untuk ikut di jalan raya gurun,” kata remaja lelaki itu sambil menyeka air matanya, yang berlinang, sebagaimana dilaporkan Xinhua, Minggu (28/5/2017).

“Di luar wihara sebelum kami turun, mereka menghadapi kami, meminta kartu identitas ayah dan sebelum ia memberikan kartu tersebut kepada mereka, mereka menembak dia dengan tiga peluru. Saya menyaksikannya," katanya.

Marco mengatakan semua pelaku teror tersebut berjumlah lebih dari selusin atau barangkali 15 orang.

Mereka menyamar dengan mengenakan seragam militer dan mereka memiliki kamera video untuk merekam serangan mematikan pada Jumat tersebut terhadap satu bus dan dua mobil yang bergerak menuju Biara Santo Samuel di Maghagha.

Baca: 26 Warga Minoritas Kristen Koptik Mesir Tewas Diserang

Setelah ayahnya ditembak dan para pelakunya bersiap melarikan diri, anak lelaki itu dengan berani menyusup ke dalam kendaraan ayahnya dan menelepon pamannya di desanya, Dayr Jarnous, untuk minta tolong.

"Marco adalah pahlawan dalam tragedi tersebut, sebab ia adalah satu-satunya orang yang dapat kembali ke mobil dan menelepon kami untuk minta tolong," kata pamannya, Mamdouh Youssef Michael, di dekat altar di Sacred Family Church di Dayr Jarnous, tempat pemakaman beberapa korban diselenggarakan.

Michael menambahkan mereka bergegas ke lokasi serangan dan melihat Ayed, ayah Marco, berlumur darah tapi masih hidup.

Mereka berusaha membawa pria tersebut ke rumah sakit terdekat tapi ia menghembuskan nafas terakhirnya di jalan.

Baca: Mesir Gempur Kamp Milisi di Libya setelah Pembantaian Kristen Koptik

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com