Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Anis Syafiqah yang Mengguncang Malaysia

Kompas.com - 22/09/2016, 20:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

Anis Syafiqah, mahasiswi berjilbab berusia 24 tahun ini adalah gambaran yang cocok tentang mahasiswa aktivis Malaysia masa kini.

Dengan penampilannya yang rapi dan pembawaannya yang kalem, Anis yang gemar membaca buku karya Chomsky dan tengah kuliah di jurusan Ilmu Bahasa di Universitas Malaysia (UM) yang terkemuka ini, menemani saya berbincang di kantin kampusnya.

Dia begitu tenang dan mengagumkan. Dia menjawab setiap pertanyaan dengan bersemangat, yang diwarnai oleh kehangatan dan kecerdasannya.

Namun, terlihat juga Anis terbiasa menghadapi tekanan. Baru bulan lalu, dia bersama rekan-rekannya menggerakkan sekelompok orang dengan misi #TangkapMO1 (atau #ArrestMO1) di Kuala Lumpur.

Kelompok yang sebagian besar terdiri dari mahasiswa ini menuntut tindakan terhadap orang nomor satu Malaysia (Malaysian Official 1), seperti yang dikutip dalam gugatan Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengenai negara bermasalah tersebut.

Saya mendengar Anis– atau lebih tepat melihatnya – pertama kali melalui sebuah video viral di dunia maya yang juga dikirimkan banyak orang kepada saya dalam beberapa minggu terakhir.

Dengan berdiri di luar sebuah universitas karena dilarang masuk, Anis memimpin sekelompok mahasiswa dan mengungkapkan kekhawatirannya terhadap skandal 1MDB yang sedang berlangsung.

Awalnya dia berbicara dengan nada santai, tetapi perlahan-lahan suaranya semakin keras seiring dengan kemarahannya.

Pada satu waktu, dia memarahi petugas polisi yang menghalangi aksinya dengan berkata, "Seluruh dunia tahu kita telah dirampok, bagaimana bisa kita masih terlihat santai?"

Itu adalah sebuah aksi yang fenomenal yang dilakukan dengan penuh emosi dan pada waktu yang tepat.

Bagi orang-orang Malaysia, aksi itu mengejutkan karena dilakukan oleh seorang anak muda yang menarik, pandai berbicara, dan pada saat yang sama, menunjukkan frustasi dan kecemasan yang dialami masyarakatnya.

Dari mana munculnya perempuan muda yang luar biasa ini? Apakah dia sama seperti orang pada umumnya atau justru "sebuah pengecualian"?

Bagaimana dia, seorang berasal dari Sungai Besar-kota pantai yang jauh di utara pusat kota Selangor-dengan berlatar belakang keluarga kelas menengah (kedua orang tuanya berprofesi guru) ini, dapat mencuri perhatian tingkat nasional?

KARIM RASLAN Anis melihat gerakan aktivisme adalah upaya menerapkan apa yang dipelajarinya di universitas.
"Saya mengawali kegiatan aktivis saya dengan bergabung pada Persatuan Mahasiswa Islam (PMIUM). Tahun ini adalah perayaan ke-60 gerakan yang dibentuk oleh Syed Muhammad Naquib Al-Attas. Saya senang menjadi bagian dari gerakan ini, karena ini membantu saya untuk memahami peran mahasiswa, khususnya sebagai seorang muslim."

"Saya tahu bahwa saya harus mengejar nilai-nilai agama Islam karena Islam mendasarkan pada prinsip keadilan. Rasisme dalam politik hanyalah sebuah permainan politik. Jadi, mengapa kita tidak bertemu dan bersatu dengan ras lainnya?"

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com