Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Percobaan Kudeta di Turki, Tudingan pada Negara Paralel

Kompas.com - 19/07/2016, 17:59 WIB
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir

Penulis

Istanbul dan Ankara telah diguncang oleh upaya kudeta militer terhadap pemerintahan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan,  Jumat (15/7) malam.

Banyak pendukung fanatik Erdogan sempat mempertanyakan, mengapa pemerintah sipil hasil pemilu ini dikudeta meski dinilai cukup berhasil dari sisi ekonomi.

Sejumlah indikator keberhasilan pemerintahan Erdogan pun ditampilkan.

Dalam 10 tahun terakhir, pendapatan per kapita penduduk Turki naik dari hanya 3.500 dollar AS tahun 2001 menjadi 11.000 dollar AS (2014).

Turki kemudian masuk dalam kelompok 20 negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia (G-20).

Pada tahun 2014, sekitar 40 juta wisatawan asing mengunjungi Turki, terutama kota Istanbul.

Devisa Turki dari industri wisata mencapai hampir 30 miliar dollar AS. Turki menduduki urutan ke-6 sebagai tujuan wisata paling populer di dunia.

Dalam konteks politik, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang didirikan Erdogan selalu berhasil meraih suara mayoritas pada setiap pemilu parlemen sejak tahun 2002.

Pada pemilu parlemen dini, November 2015, AKP meraih dukungan 49,5 persen suara dan membentuk pemerintahan tanpa koalisi dengan partai lain.

Di tengah kejayaan pemerintahan Erdogan dan AKP itu, ternyata muncul upaya makar dari militer untuk menumbangkan Erdogan.

Tidak tiba-tiba

Jika memantau perkembangan politik di Turki secara saksama, upaya kudeta itu tidak datang tiba-tiba, juga bukan sesuatu yang mengejutkan.

Selama enam bulan terakhir, telah terbaca meningkatnya ketegangan di Turki yang mengarah akan terjadinya kudeta militer.

Pada masa kampanye pemilu parlemen, November 2015, Erdogan kerap menyebut tentang adanya kekuatan yang membahayakan demokrasi di Turki.

Dia juga menyinggung adanya negara bayangan atau negara dalam negara yang merongrong kedaulatan konstitusional di Turki.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com