Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Kolombia dan Pemberontak Komunis Akhirnya Berdamai

Kompas.com - 24/06/2016, 06:23 WIB

BOGOTA, KOMPAS.com - Pemerintah Kolombia pemberontak komunis FARC akhirnya sepakat meneken perjanjian gencatan senjata dan pelucutan senjata pemberontak untuk mengakhiri konflik selama 52 tahun yang menewaskan lebih dari 220.000 orang.

Dalam sebuah seremoni di Havana, Kuba, Kamis (23/6/2016), Presiden Kolombia Juan Manuel Santos dan komandan FARC Timoleon Jimenez alias Timochenko mendengarkan pembacaan poin-poin perjanjian.

Dalam acara yang dihadiri Sekjen PBB Ban Ki-mooon, utusan khusus AS serta Presiden Kuba, Cile, Venezuela dan berbagai negara Amerika Latin itu dibacakan cara demobilisasi 7.000 pemberontak dan bagaimana prosedur penyerahan senjata mereka.

Sebuah operasi militer dukungan AS yang berlangsung selama 15 tahun perlahan namun pasti semakin menggerogoti kekuatan FARC.

Sehingga, para pimpinan FARC yang sudah semakin menua sepakat untuk maju ke meja perundingan pada 2012.

Para pemimpin FARC menganggap mereka menemukan rekan yang bisa dipercaya dalam diri Presiden Santos, seorang ekonom didikan AS dan keturunan salah satu keluarga paling kaya di Kolombia itu.

FARC juga menilai, Santos yang meski berasal dari keluarga kaya konservatif tetapi dia tidak terikat dan hanyut dalam kecurigaan terhadap para pemberontak ini.

"Ini adalah hari bersejarah," kata Santos dalam pidatonya di hadapan para pemimpin Amerika Latin dan Sekjen PBB Ban Ki-moon.

"Setelah lebih dari 50 tahun konfrontasi, kematian, serangan dan kepedihan, kami akhirnya bisa mengakhiri konflik bersenjata dengan FARC," tambah Santos.

Perlucutan senjata anggota FARC diharapkan bisa dilangsungkan dalam beberapa pekan mendatang setelah penandatanganan seluruh naskah perjanjian damai ini selesai.

"Kesepakatan ini menuntun kita ke arah penyelesaian sebuah perjanjian akhir dalam waktu singkat," kata Jimenez.

"Perjanjian final akan memungkinkan kita semua kembali ke aktivitas poliik dan legal yang normal lewat perdamaian dan demokrasi," tambah Jimenez.

Konflik ini berawal pada 1960-an sebagai sebuah perlawanan masyarakat pedesaan menuntut hak-hak warga atas kepemilikan lahan.

Pada perkembangannya, konflik ini kemudian melibatkan berbagai kelompok berhaluan kiri, paramiliter sayap kanan dan geng penyelundup narkoba selama beberapa dekade.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com