Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Tewas di Tambang Batu Bara Turki Jadi 201 Orang

Kompas.com - 14/05/2014, 13:31 WIB
SOMA, KOMPAS.COM — Sedikitnya 201 orang tewas dan ratusan lainnya masih terjebak di bawah tanah setelah sebuah ledakan terjadi di tambang batu bara di Turki barat, kata pemerintah negara itu, Rabu (14/5/2014). Upaya penyelamatan yang dilakukan kini harus berpacu dengan waktu.

Angka korban tewas meningkat tajam sejak bencana itu terjadi pada Selasa kemarin di Provinsi Manisa, ketika total 787 penambang terjebak di dalam tambang. Operasi penyelamatan berlangsung semalaman untuk menyelamatkan ratusan orang yang masih berada di bawah tanah.

Dari mereka yang telah berhasil diselamatkan, 80 orang luka-luka, empat di antaranya dalam kondisi serius, kata Menteri Energi Turki Taner Yildiz. "Kami khawatir jumlahnya bisa meningkat lebih banyak lagi karena mereka yang datang untuk membantu mungkin termasuk di antara yang terluka dan terkena asap," katanya kepada wartawan. "Seiring berjalannya waktu, kami dengan sangat cepat mengarah ke hasil yang tidak menguntungkan," tambahnya.

Sebelumnya, sebuah sumber di pihak keamanan mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa ada sejumlah area kantong di tambang itu, salah satunya terbuka. Dengan demikian, para penyelamat dapat mencapai para pekerja tersebut. Namun, area kantong yang kedua tertutup dan para pekerja terperangkap di dalamnya.

Ledakan tersebut diyakini telah dipicu oleh kerusakan sebuah trafo listrik pada sekitar pukul 12.30 GMT (atau pukul 19.30 WIB), Selasa.

Ratusan orang berkumpul di sekitar lokasi ledakan, sementara tim penyelamat mengeluarkan para pekerja yang terluka, yang batuk-batuk, dan berjuang untuk bernapas karena debu.

Sena Isbiler, ibu dari salah seorang petambang, berdiri di atas tumpukan kayu, menjulurkan kepalanya untuk melihat siapa saja yang sedang dikeluarkan dari tambang itu. "Saya telah menunggu anak saya sejak sore," katanya kepada AFP. "Saya belum mendengar apa-apa tentang dia."

Arum Unzar, rekan dari para petambang yang hilang, mengatakan bahwa ia telah kehilangan seorang teman sebelumnya. "Namun, kali ini sangat banyak. Semua korban adalah teman kami," katanya sambil menangis. "Kami adalah keluarga, dan hari ini keluarga itu hancur. Kami hanya memiliki kabar yang sangat sedikit, dan ketika kabar datang, itu sangat buruk," tambahnya.

Kecelakaan tragis

Para petugas pemadam kebakaran mencoba untuk memompa udara bersih ke dalam tambang guna menyelamatkan mereka yang masih terjebak sekitar dua kilometer di bawah permukaan tanah dan empat kilometer dari pintu masuk. Pada Selasa larut malam, korban luka masih berdatangan dari tambang yang runtuh itu, beberapa bisa berjalan sendiri, yang lain harus diangkat oleh tim penyelamat sambil diberikan oksigen.

Perusahaan pertambangan Soma Komur mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa tambang itu memiliki langkah-langkah pengamanan maksimum. "Sayangnya, sejumlah pekerja kami telah kehilangan nyawa mereka dalam kecelakaan tragis ini," demikian isi pernyataan tersebut.

"Kecelakaan terjadi meskipun telah ada langkah-langkah pengamanan maksimum dan inspeksi, tetapi kami telah mampu mengambil langkah cepat," demikian dalam pernyataan itu.

Menteri Energi Yildiz berjanji, jika ditemukan adanya kelalaian apa pun terkait bencana itu, "Kami tidak akan menutup mata. Kami akan melakukan apa pun yang diperlukan, termasuk semua langkah administratif dan hukum."

Waktu tidak mendukung

Kementerian tenaga kerja dan jaminan sosial Turki mengatakan, tambang tersebut diinspeksi kali terakhir pada 17 Maret, dan menunjukkan bahwa aturan keselamatan dipatuhi. Namun, Oktay Berrin, seorang petambang, mengatakan bahwa para pekerja tidak dilindungi di bawah tanah. "Tidak ada pengamanan di tambang ini," katanya kepada AFP. "Serikat buruh hanya boneka, dan manajemen kami hanya peduli dengan uang."

Kantor Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, ia akan tiba di Soma, Rabu ini, setelah membatalkan perjalanan ke Albania. Ketika berbicara di Ankara, Erdogan menyatakan "belasungkawa yang tulus" kepada keluarga mereka yang meninggal. "Beberapa pekerja telah diselamatkan, dan saya berharap kita mampu menyelamatkan yang lainnya," katanya.

Menteri Yildiz mengatakan kepada wartawan di Soma bahwa sebuah tim yang terdiri dari 400 orang terlibat dalam upaya penyelamatan, dan bahwa penyebab utama kematian adalah keracunan karbon monoksida dan dioksida. "Waktu tidak mendukung kami. Kami harus mengeluarkan mereka. Kami bisa berada dalam sebuah situasi yang bermasalah," katanya.

Para petambang dianggap telah memiliki masker gas, tetapi tidak jelas berapa lama mereka akan bertahan. Vedat Didari, seorang profesor pertambangan, mengatakan kepada AFP bahwa risiko terbesar adalah kurangnya oksigen. "Jika kipas di langit-langit (lubang tambang) tidak bekerja, maka para pekerja bisa mati dalam waktu satu jam," kata Didari, dari Universitas Bulent Ecevit di kota Zonguldak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com