Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/12/2019, 11:36 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber BBC

DEN HAAG, KOMPAS.com - Pemimpin sipil Myanmar, Aung San Suu Kyi, bakal membela negaranya atas tuduhan genosida Rohingya di Sidang PBB.

Lebih dari 700.000 etnis minoritas Rohingya melarikan diri, dengan ribuan lainnya dilaporkan terbunuh, ketika militer melakukan operasi pada 2017.

Pemerintah Myanmar berkali-kali membantah melakukan genosida, dan menyebut mereka hanya berusaha menangkal ekstremisme di negaranya.

Baca juga: Bantu Pengungsi Rohingya, Dompet Dhuafa Gandeng Lembaga Non Profit Bangladesh

Adapun Aung San Suu Kyi dikenal sebagai ikon bagi hak asasi manusia secara global, dan penerima Nobel Perdamaian 1991.

Dilansir BBC Selasa (10/12/2019), dia disebut berada di pihak yang sama dengan junta militer, yang pernah menjadikannya tahanan rumah selama bertahun-tahun.

Saat memasuki gedung Sidang PBB di Den Haag, Belanda, Suu Kyi sama sekali tidak berkomentar atas pertanyaan jurnalis.

Pemimpin sipil yang menjabat sejak 2016 itu dijadwalkan bakal hadir dalam Pengadilan Keadilan Internasional (ICJ) pada Rabu (11/12/2019).

Adapun kasus itu dibawa oleh Gambia, negara Afrika dengan mayoritas Muslim, setelah mendapat dukungan dari negara Muslim lainnya.

Baca juga: Aung San Suu Kyi Bakal Bela Myanmar atas Tuduhan Genosida Rohingya di Sidang PBB

Apa Tuduhan yang Dilayangkan kepada Myanmar?

Pada awal 2017, terdapat sekitar satu juta etnis Rohingya yang tinggal di Myanmar. Kebanyakan bermukim di Negara Bagian Rakhine.

Tetapi Naypyidaw menganggap mereka sebagai migran ilegal, dan memutuskan untuk tidak memberikan kewarganegaraan.

Rohingya mengeluhkan bagaimana mereka mendapat persekusi hingga pada Agustus 2017, militer melakukan operasi masif ke Rakhine.

Dalam berkas yang dilayangkan kepada ICJ, Gambia menuduh militer Myanmar melakukan "operasi pembersihan secara sistematis dan skala besar" sepanjang Oktober 2016 hingga Agustus 2017.

Baca juga: Ribuan Pengungsi Rohingya di Bangladesh Sepakat Pindah ke Pulau di Teluk Benggala

Di petisinya, Gambia menyatakan Naypyidaw sengaja melakukan operasi itu untuk menghancurkan Rohingya "secara keseluruhan".

Mereka melakukannya melalui pembunuhan massal, pemerkosaan, dan membakar rumah. Bahkan ketika penghuninya masih di dalam.

Halaman:
Sumber BBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com