Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Drone Serang Fasilitas Saudi Aramco: Harga Minyak Melambung hingga Iran Siap Perang

Kompas.com - 16/09/2019, 12:58 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

KOMPAS.com - Pada Sabtu pukul 04.00 dini hari (14/9/2019), drone menyerang dua fasilitas minyak yang dikelole oleh perusahaan negara Arab Saudi, Aramco.

Serangan yang kemudian diklaim oleh kelompok pemberontak Yaman, Houthi, itu mengakibatkan pasokan minyak Saudi anjlok hingga 50 persen.

Situasi pun mulai tegang setelah Amerika Serikat (AS) menuduh Iran justru yang berada di balik serangan drone ke faslitas minyak Saudi, Aramco itu.

Baca juga: Houthi Klaim Serangan Drone ke Fasilitas Gas Alam Saudi, Picu Kebakaran

Berikut merupakan setidaknya empat fakta yang diketahui atas serangan di kawasan Abqaiq dan Khurais yang berlokasi di Provinsi Timur Saudi itu.

1. Harga Minyak yang Melambung

Pasca-serangan drone di fasilitas Aramco, harga minyak mengalami lonjakan buntut klaim Saudi bahwa produksi mereka kehilangan produksi 5,7 juta barel.

Minyak mentah jenis Brent, misalnya. Harganya naik sebesar 12 dollar AS, dan mengalami lonjakan hampir 20 persen. Sementara WTI berada di angka 8 dollar AS, kenaikan 15 persen.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono dikutip Kontan.co.id via KompasMoney menyebut, situasi terburuk adalah ketika minyak dunia menembus 100 dollar AS per barel.

Meski begitu, dia menilai serangan drone ke Aramco tidak akan mampu menahan harga minyak untuk terus berada di level atas dalam jangka lama.

Presiden AS Donald Trump dilansir AFP sudah mengumumkan bakal mengeluarkan minyak yang berasal dari cadangan mereka untuk mencegah harga melambung.

Baca juga: Kilang Aramco Diserang Drone, Harga Minyak Bisa Tembus 100 Dollar AS?

2. Iran Siap Perang

Kelompok pemberontak asal Yaman, Houthi, mengaku bertanggung jawab atas serangan drone yang terjadi di kilang Aramco di Abqaiq dan Khurais.

Tetapi, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan justru Iran yang merupakan pelaku penyerangan fasilitas minyak yang dikelola Kerajaan Saudi tersebut.

"Sekarang, Iran telah melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke persediaan energi dunia," terang mantan Direktur CIA itu.

Keterangan Pompeo diperkuat pernyataan sumber intelijen AS yang mengungkapkan tidak ada bukti drone itu diterbangkan dari Yaman.

Berdasarkan citra satelit yang intelijen AS peroleh, malah arah serangan itu berasal dari Iran, bukan Yaman seperti yang diklaim oleh Houthi.

Teheran melalui juru bicara kementerian luar negeri Abbas Mousavi membantah tuduhan itu. Dia menyebut tudingan itu hanyalah akal-akalan untuk membenarkan aksi AS terhadap mereka.

Baca juga: Dituduh AS Serang Pabrik Minyak Arab Saudi, Iran Siap Perang

"Ucapan itu seperti rencana intelijen dan organisasi rahasia untuk merusak reputasi negara kami, dan membenarkan 'aksi' AS atas kami," terang Mousavi.

Garda Revolusi, sayap militer elite Iran, tak kalah berkomentar keras dengan menegaskan mereka siap perang jika situasi makin memburuk.

Komandan Korps Angkasa Garda Revolusi menyatakan, rudal Iran bisa menghancurkan pangkalan maupun kapal perang AS dalam jarak 2.000 kilometer.

"Dikarenakan situasi yang sensitif dan tensi yang meningkat, kawasan kami saat ini seperti bubuk mesiu yang siap meledak," ujar Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh.

Dia berkata baik Teheran maupun AS tak menginginkan adanya konflik. Tetapi dia menuturkan situasi itu mungkin terjadi jika ada kesalahpahaman.

Baca juga: Diserang Drone, Pabrik Minyak Arab Saudi Aramco Kebakaran

3. Trump "Siap Menembak"

Presiden AS Donald Trump menyiratkan bakal adanya serangan militer sebagai balasan setelah drone yang disebut dikirim dari Iran menghantam kilang minyak Saudi.

Dalam kicauannya di Twitter, Trump mengatakan pabrik minyak Aramco telah diserang drone, dan menyebut mereka punya keyakinan siapa pelakunya.

"Kami siap menembak sambil menunggu verifikasinya. Tapi masih menunggu Saudi tentang siapa yang mereka yakini sebagai dalang, dan bagaimana kami menanggapinya!" kata Trump.

Senator Lindsey Graham, politisi Republik yang dikenal dekat dengan Trump, mendesak agar Washington mengambil langkah militer sebagai balasan.

Tindakan itu kemudian disikapi dengan ancaman oleh Iran bahwa pangkalan maupun kapal perang AS yang ada di wilayah Teluk bisa mereka hancurkan.

Baca juga: Tanggapi Serangan Drone ke Pabrik Minyak Saudi Aramco, Trump: AS Siap Menembak

4. Saudi Tak Ingin Konflik Terbuka?

Trump pun menelepon Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, dan menunjukkan dukungan AS atas keamanan dan stabilitas kerajaan itu.

Putra mahkota berjuluk MBS itu kemudian meyakinkan Trump bahwa negaranya siap dan akan mengonfrontasi serta menangani segala agresi teroris.

Tetapi menurut pakar Timur Tengah James Dorsey, kecil kemungkinan Riyadh bakal melakukan langkah balasan setelah AS menuduh Irak sebagai dalangnya.

"Saudi tidak ingin konflik terbuka dengan Iran. Saudi ingin negara lain yang perang. Tapi sayangnya, negara itu tidak mau," papar Dorsey.

Sementara Bill Farren-Price, direktur RS Energy Group menyatakan, serangan drone itu seperti "membuka jin keluar dari botolnya".

Dia menjelaskan, kini fasilitas minyak Arab Saudi maupun negara Teluk lainnya rentan akan serangan seperti itu. "Risiko geopolitik akan minyak pun meningkat," terangnya.

Baca juga: Kelompok Pemberontak Houthi Klaim Serangan Drone ke Pabrik Minyak Saudi Aramco

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com