LONDON, KOMPAS.com - Polisi menangkap lebih dari 100 orang dalam aksi protes
perubahan iklim di
London, yang membuat sebagian dari ibu kota Inggris itu terhenti.
Kantor berita AFP mewartakan, demonstran memblokir jembatan dan persimpangan jalan utama pada Senin (15/4/2019), yang berlanjut hingga sekarang.
Unjuk rasa itu diselenggarakan oleh kelompok kampanye Extinction Rebellion, yang didirikan tahun lalu di Inggris oleh para akademisi.
Kelompok itu telah menjadi salah satu gerakan
lingkungan dengan pertumbuhan tercepat di dunia.
Polisi Metropolitan London mengatakan pada Selasa (16/4/2019) pagi waktu setempat, total ada 113 orang dewasa yang telah ditangkap.
Jumlah itu termasuk tiga pria dan dua perempuan yang ditangkap di kantor perusahaan raksasa energi Kerajaan Inggris Royal Dutch Shell.
Mereka ditangkap atas dugaan merusak bangunan dengan melakukan aksi vandalisme dan menghancurkan jendela di gedung Shell Center.
Mayoritas yang ditangkap karena melanggar hukum ketertiban umum dan menghalangi lalu lintas jalan raya.
Sementara, ada lebih dari 1.000 orang yang memblokir Jembatan
Waterloo di pusat kota London dan meletakkan pohon dalam pot sepanjang jembatan.
Kemudian, para demonstran mendirikan kemah di Hyde Park sebagai persiapan untuk
unjuk rasa lebih lanjut sepanjang pekan.
"Informasi yang tersedia saat ini, polisi merasa tindakan tersebut diperlukan untuk mencegah demonstrasi menyebabkan gangguan serius yang berkelanjutan," demikian pernyataan polisi.
Kelompok lingkungan yang berdemonstrasi ingin pemerintah mengumumkan keadaan darurat iklim dan ekologis, mengurangi emisi gas rumah kaca menjadi nol pada 2025, dan menghentikan hilangnya keanekaragaman hayati.
Juru bicara kelompok tersebut James Fox mengatakan pengunjuk rasa berupaya mempertahankan blokade semalam di empat lokasi di pusat kota London sebelum polisi datang.
"Mereka yang ditangkap kebanyakan berada di Jembatan Waterloo, di mana polisi datang untuk mencoba menghentikan semua orang, tetapi kami terlalu", katanya.
"Kami tidak berniat pergi sampai pemerintah mendengarkan kami," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.