CANBERRA, KOMPAS.com - Selama empat hari terakhir di Australia masuk dalam 10 besar hari terpanas yang pernah tercatat dalam rekor.
Demikian pernyataan Badan Meteorologi Australia, Rabu (16/1/2019), sambil menambahkan seluruh negara bagian dan teritori terdampak oleh gelombang panas.
CNN mewartakan, cuaca panas ekstrem di Australia menyebabkan satwa liar mati dan buah-buahan menjadi kisut.
Baca juga: Mobilnya Tertimpa Papan Penunjuk Arah di Jalan Tol, Perempuan Australia Selamat
Temperatur tinggi menyebabkan lebih dari satu juta ikan mati di Murray-Darling River Darling. Kawanan kelelawar juga menyerah pada panas dan jatuh dari pohon-pohon di Adelaide.
Sementara itu, buah-buahan di Australia Selatan menjadi kisut dan mengeras sehingga tidak bisa dipanen.
There's a heat wave in Australia and it's killing thousands of large bats, called flying foxes https://t.co/u5M315VLrQ pic.twitter.com/rzER02AIW5
— CNN (@CNN) 11 Januari 2018
Suhu di Pelabuhan Augusta, Australia Selatan, bahkan mencapai 48,5 derajat Celcius pada Selasa lalu, rekor tertinggi sejak 1962.
Sementara itu, temperatur udara di kota Tarcoola menyentuh 49 derajat Celcius. Lokasi lain, suhu diperkirakan tetap berada di atas 40 derajat Celcius dan cuaca panas diprediksi bertahan sampai Jumat mendatang.
Hari terpanas di kota Sydney akan menyentuh 34 derajat Celcius pada Jumat (18/1/2019).
Di Perint, suhu akan meningkat 15 derajat Celcius dari rata-rata Januari pada Jumat menjadi 45 derajar Celcius.
AUSTRALIA HEAT WAVE | How are the animals cooling off during a heat wave in Australia? Two elephants played in a pond while a koala found a nice cold sprinkler! pic.twitter.com/QMFh92RjuU
— News 6 WKMG (@news6wkmg) 15 Januari 2019
Pakar meteorologi cuaca ekstrem Sarah Fitton mengatakan, gelombang panas merupakan bencana alam paling mematikan di Australia.
Menurutnya, masih banyak orang yang meremehkan keganasan cuaca panas. Dalam kondisi bugas sekali pun, dia menilai manusia tetap harus mengambil tindakan pencegahan.
"Gelombang ini tidak hanya berdampak pada masyarakat yang rentan, mereka yang berusia lanjut atau hamil atau anak-anak muda," ucapnya, seperti dikutip dari ABC News.
Baca juga: Menteri Keuangan Australia Habiskan Rp 400 Juta untuk Naik Pesawat Sendirian
"Tapi mereka juga dapat berdampak besar pada orang sehat, dan juga pada infrastruktur, seperti listrik dan transportasi," imbuhnya.
Fitton menyatakan, gelombang panas di Australia disebabkan oleh sistem tekanan tinggi di Laut Tasman yang tidak bergerak, sehingga menyebabkan langit cerah di Autralia tengah.
"Di utara, kami belum melihat permulaan monsun," ucapnya.
"Jadi masih ada langit yang cukup cerah dan tidak banyak hujan atau aktivitas badai di Australia utara," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.