Menghadapi perlawanan dari luar dan perlambatan dari dalam, Xi harus hati-hati dalam memainkan kartunya. Meskipun seluruh dunia awalnya mengesampingkan Trump, saat ini jelas bahwa dia serius--paling tidak dengan China.
Sikap anti-China-nya memiliki dukungan bipartisan kuat—susah membayangkan Partai Demokrat, yang baru saja mengokohkan dirinya di kongres, melawan strategi ini.
Gabungan dari kegagalan BRI, kerapuhan ekonomi, dan sentimen negatif internasional membuat semakin sulit untuk memprediksi langkah China ke depan. Jika Beijing sampai terdesak, mereka memiliki beberapa pilihan.
Pertama, mereka bisa memilih isolasi, meskipun secara historis kebijakan tersebut tidak pernah menguntungkan.
Kepemimpinan Qing yang terlalu fokus ke dalam dan berpandangan pendek, serta sempat melumpuhkan Tiongkok di mata para negara Barat, justru mulai melihat keluar dan mendorong perdagangan.
Bukan sebuah kebetulan bahwa proses ini bersamaan dengan penaklukan kolonial dari sebagian besar Asia.
Kedua, Beijing bisa memilih langkah yang lebih agresif, dengan menghiraukan kekhawatiran geopolitik dan ekonomi para tetangganya. Melihat ekspansi China ke Laut China Selatan, Beijing bisa saja memilih sebuah serangan pencegahan, seperti serangan Jepang ke Pearl Harbor – yang dipicu oleh embargo minyak dari AS.
Kemungkinan ketiga dan yang paling mungkin terjadi adalah Beijing memilih kompromi, dengan membeli barang-barang AS dan menegosiasi ulang proyek-proyek BRI utama.
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad telah memaksa China untuk memikirkan ulang proyek East Coast Rail Link yang penuh skandal. Bahkan Myanmar, sebuah negara klien China, pun telah menurunkan harga proyek pelabuhan laut dalam Kyaukpyu dari harga 7,2 miliar dollar AS yang sangat diinflasi, menjadi 1,3 miliar dollar AS.
Selama China masih sering ikut campur dengan tetangganya di Asia, negara-negara lain akan tetap senang melihat sang “preman lokal” ditekan oleh “bully” yang lebih besar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.