Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Kehidupan di Yangon dari Mata Bankir Muda

Kompas.com - 19/12/2018, 08:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Bank-bank Myanmar memiliki lebih dari 1.000 cabang secara nasional dan berencana untuk menambah jumlah ATM menjadi lebih dari 2.000, sebuah tren yang dapat mendorong lebih banyak orang untuk menggunakan layanan keuangan.

Lalu datanglah mobile banking.

“Nah, sekarang menjadi lebih mudah lagi, kami tidak perlu pergi ke bank setiap saat dan saya dapat dengan mudah transfer uang ke orangtua saya. Lihat!” Ko Khant menunjukkan ponsel pintar hitamnya.

Sebesar 90 persen populasi Myanmar memiliki akses ke ponsel, dan sekitar 80 persen menggunakan ponsel pintar.

Perusahaan e-commerce seperti Red Dot Network – yang memiliki lebih dari 3.000 pemasok retail di Yangon, Mandalay dan Naypyidaw – serta perusahaan telko asal Norwegia Telenor telah bekerja sama dengan bank-bank untuk memanfaatkan potensi besar ini.

Namun Myanmar, seperti ekonomi ASEAN lainnya, harus menghadapi situasi penguatan dollar Amerika Serikat, ketidakpastian global yang didorong perang dagang oleh Trump, serta kemungkinan sanksi internasional atas krisis Rohingya.

Meskipun ekspor tekstil (saat ini mencapai lebih dari 2 miliar dollar AS per tahun) yang dimotori oleh upah rendah telah menjamur, Bank Dunia tetap berhati-hati dan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonominya untuk 2019 sebesar 0,4 persen menjadi 6,5 persen.

Untuk Ko Khant, ia lebih mendambakan masa depan yang lebih sederhana. Walaupun dia mengaku cukup up-to-date dengan perkembangan terkini–membaca koran cetak Myanmar Alin, membuka Facebook milik media 7Days dan the Irrawaddy--ia menolak topik-topik yang lebih politis.

“Saya ingin menjadi seorang network engineer, kembali ke Mawlamyine dan punya keluarga. Mungkin menjalankan bisnis saya sendiri sebelum saya menjadi terlalu tua," katanya.  

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com