KOMPAS.com - Jauh sebelum banyak pesulap abad ini yang terkenal, Jean-Eugene Robert-Houdin dianggap sebagai pencetus gaya sulap modern.
Bahkan, dia dijuluki sebagai Bapak Sulap Modern. Hidup pada abad ke-19, Robert-Houdin merupakan pesulap yang sangat sukses selama masa hidupanya.
Berkat keahliannya itu, pemerintah Perancis memintanya untuk membantu menjatuhkan pemberontakan suku di Aljazair sehingga mencegah perang.
Jean-Eugene Robert-Houdin, lahir dengan nama asli Jean-Eugene Robert, di kota Blois, Perancis Tengah, pada 6 Desember 1805.
Ayahnya bernama Prosper Robert berprofesi sebagai pembuat jam di kota tersebut.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Nelson Mandela, Berjuang Memberontak Apartheid
Sementara, ibunya bernama Marie-Catherine Guillon meninggal dunia ketika Jean-Eugene masih kecil.
Sang ayah mengirimnya ke sekolah hingga perguruan tinggi di University of Orleans. Jean-Eugene lulus pada 18 tahun dan kembali ke Blois.
Meski ayahnya berharap dia menjadi seorang pengacara, tapi Jean-Eugene justri ingin mengikuti jejak ayahnya sebagai pembuat jam.
Suatu saat, dia membeli buku tentang jam dan penjaga toko keliru memberinya paket yang berisi buku sulap sebanyak dua jilid.
Jean-Eugene yang penasaran tidak hanya menyimpan buku-buku tersebut, tapi juga membacanya. Dia begitu terkesan dengan sulap dan mulai menjalaninya sebagai hobi.
Semangatnya untuk memperdalam ilmu sulap makin menggebu-gebu. Dia pun mencari seorang pelatih dari pesulap setempat untuk mengasah bakatnya dan mulai tampil profesional.
Pada satu pertunjukkan, dia bertemu dengan Cecile-Eglantine Houdin, putri pembuat jam di Paris yang terkenal.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Harland Sanders, Pencipta Resep Rahasia KFC
Keduanya jatuh cinta dan menikah pada Juli 1930. Saat itu, usia Jean-Eugene masih 24 tahun.
Setelah menikah, dia menambahkan sendiri nama belakangnya menjadi Robert-Houdin. Keduanya memutuskan pindah ke Paris dan bekerja untuk bapak mertuanya.
Keahlian mekaniknya sebagai pembuat jam berguna dalam usahanya sebagai pesulap.
Salah satu temuan mekaniknya adalah writing automaton, sebuah mesin berbentuk seperti manusia yang dapat menulis sendiri dengan pena.
Dari situ, dia mendapat uang yang memungkinkan dia menyelesaikan berbagai potongan mekanik untuk teater ajaib yang akan dibuka di Paris.
Cecile meninggal dunia pada 1843, dan dia menikahi Francoise Braconnier.
Pada 1845, Jean-Eugene Robert-Houdin membuka teater sulap di Palais Royal dengan kapasitas 200 tempat duduk. Dia menghibur penonton dengan serangkaian pertunjukannya bernama Soirees Fantastiques.
#OnThisDay in 1845 Jean-Eugène Robert-Houdin opened a 200 seat theatre devoted to magic, he called it Soirées Fantastiques and although he saw his first performance as a disaster Robert-Houdin grew to become a major influence in modern magic and conjuring #dailyfootnote pic.twitter.com/2eNPbDpiIY
— Footnotes of History Podcast (@fohpodcast) 3 Juli 2018
Meski terbilang berakhir dengan baik, namun pertunjukan itu tak membawanya pada kemasyhuran.
Pada penampilan berikutnya, dia berhasil menyempurnakan keterampilannya, mengembangkan hadiah untuk presentasi dan memperkenalkan trik serta alat yang segera memenangkan hati penikmat sulap.
Ilusinya yang terkenal adalah "The Marvelous Orange Tree", yaitu penampilan buah tampak tumbuh di pohon kecil langsung di depan mata penonton.
Robert-Houdin menggunakan listrik dalam aksinya dan memilih tidak memakai jubah seperti pesulap klasik sehingga membuatnya berjuluk "Bapak Sulap Modern".
Ketenarannya menyebar hingga keluar Perancis sehingga dia melakukan tur keliling Eropa.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: Augusto Pinochet, Presiden dan Diktator Chile
Dia bahkan tampil untuk menghibur orang-orang terkemuka seperti Raja Louis Philippe dan Ratu Victoria.
Pada 1855, dia menyelesaikan tur terakhirnya dan kembali ke Perancis. Robert-Houdin memutuskan untuk pensiun dari kariernya sebagai pesulap, kemudian menetap di sebuah peternakan di pinggiran Blois.
September 1856, dia mendapat tugas dari pemerintah Perancis untuk menggunakan triknya mengatasi suku-suku di Aljazair Perancis.
Untuk melawan pemerintah kolonial Perancis, orang yang dianggap suci di suku menggunakan trik seperti berjalan di atas api. Dengan kekuatan itu, mereka menghasut agar membetintak.
Robert-Houdin menampilkan pertunjukkan seperti menarik benda dari topi, melemahkan kekuatan pria, dan membuat hadirin menghilang.
Dalam satu triknya, dia meminta satu orang mengambil peti kayu yang diletakkan di atas panggung. Awalnya pria tersebut bisa mengangkatnya.
Rupanya, Robert-Houdin memasang kejutan listrik pada kotak tersebut. Anggota suku kemudian keluar dengan ketakutan.
Baca juga: Biografi Tokoh Dunia: James Naismith, Bapak Olahraga Bola Basket
Sejak itu, mereka kemudian menghormatinya dan memberikan sebuah hadiah, serta bersumpah setia kepada Perancis.
Robert-Houdin kembali ke rumahnya, mengabdikan sisa hidupanya untuk menulis memoarnya dan buku-buku tentang sulap.
Dia meninggal karena pneumonia pada 13 Juni 1871 di usia 65 tahun. Karyanya menginspirasi banyak pesulap lain termasuk Ehrich Weiss, yang kemudian berganti nama Harry Houdini untuk menghormatinya.
Rumah Robert-Houdin di Blois kini berfungsi sebagai museum untuk melestarikan warisannya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.La Maison de la Magie, #Blois, #France. It is the only public museum in Europe which incorporates in one place collections of magic.The creation of such a site is directly linked to the personality of Jean-Eugène Robert-Houdin, a famous French illusionist born in Blois in 1805. pic.twitter.com/LTsXDY6BLL
— Teresa Szaniawska (@tsEmma15) 12 Agustus 2018
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.