Di Filipina, Presiden Duterte marah dan geram ketika Facebook digunakan dalam perang antar-gang narkoba.
Di Brazil, kelompok anti-vaksinasi memanfaatkan WA untuk menyebar informasi yang salah tentang manfaat vaksinasi.
Di Indonesia, media sosial digunakan untuk kepentingan politik dengan idiom-idiom agama yang memecah belah pemeluk agama.
Menteri Informasi dan Teknologi India menerbitkan pernyataan pers yang mengungkapkan tentang irresponsible and explosive messages filled with rumors and provocation di WA.
Pernyataan itu diakhiri dengan pernyataan sikap bahwa WA tidak bisa menghindar dari tanggung jawab tersebut.
WA mengakui bahwa telah terjadi tindakan kekerasan yang kejam. Tetapi WA meminta bantuan kepada pemerintah India untuk membantu mencari solusi mengenai penyebaran misinformasi.
Sejak itu, WA mencantumkan tanda “forwarded” di konten yang disebar pengguna dari sumber sebelumnya.
India meminta WA mengembangkan tools yang bisa melacak siapa pengunggah pertama konten tertentu. Tetapi WA berkomitmen menjaga kerahasiaan pengunggah pertama.
Seperti platform internet lainnya, mereka tidak ingin bertanggungjawab pada konten. Sikap ini dipegang sejak berdirinya WA oleh Jan Koum dan Brian Acton tahun 2009.
Nah, pengguna WA-lah yang perlu bijak menggunakan platform ini, termasuk di Indonesia.
Apakah Anda mengunggah konten demi kepentingan pribadi dan atau kelompok dan tega memecah belah keluarga, warga kampung, atau warga bangsa ini tanpa peduli dampaknya seperti di Rainpada, India.
Atau, Anda bisa bijak untuk tidak mudah melakukan “bagikan kepada teman-teman.”
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.