RIYADH, KOMPAS.com - Pemerintah Arab Saudi mengakui, pihaknya berada dibalik serangan udara yang menewaskan pemimpin nomor dua pemberontak Houthi di Yaman pada pekan lalu.
Dilansir dari AFP, Rabu (25/4/2018), pengakuan itu disampaikan oleh Duta Besar Saudi untuk Amerika Serikat, Pangeran Khalid bin Salman melalui akun Twitter-nya.
"Pahlawan Angkatan Udara Kerajaan berhasil menargetkan pemimpin Houthi Saleh al-Sammad," kicaunya.
Pasukan sekutu Iran menyatakan, Sammad telah terbunuh pada Kamis (19/4/2018) di provinsi Hodeida.
Baca juga : Tokoh Nomor Dua Houthi Tewas dalam Serangan Udara Koalisi Arab Saudi
Sammad merupakan dewan politik tertinggi Houthi dan pemimpin senior yang pernah terbunuh sejak intervensi koalisi Saudi sejak Maret 2015.
Pangeran Khalid mengatakan, serangan tersebut diawasi oleh saudaranya, Pangeran Mohammed bin Salman, setelah Sammad mengancam kelanjutan serangan misil terhadap Saudi.
Pangeran Mohammed, yang juga menjabat sebagai Menteri Pertahanan Saudi, merupakan pemimpin intervensi kerajaan tersebut dalam perang Yaman.
The RSAF has targeted the second most senior Iranian-backed Houthi commander Saleh Al Sammad. He vowed couple of weeks ago to make 2018 the “year of ballistic missiles on KSA”. The response to him was a direct hit under the leadership of HRH Minister of Defense.
— Khalid bin Salman ???? ?? ????? (@kbsalsaud) 24 April 2018
Menanggapi kematian Sammad, pemimpin kelompok Houthi, Abdul Malek al-Houthi, mengancam akan melakukan serangan balasan.
"Kejahatan ini tidak bisa dibiarkan," ujar al-Houthi.
Dia menegaskan bahwa Arab Saudi dan juga sekutunya, AS, akan bertanggung jawab atas kematian Samad.
Baca juga : Serangan Udara Hantam Pom Bensin di Yaman, Sembilan Tewas
Pada kesempatan yang sama, pemimpin Houthi yang jarang tampil di muka publik itu turut mengecam serangan udara koalisi Saudi yang menyerang pesta pernikahan di Hajja.
Selama tahun ini, kelompok Houthi secara regular meluncurkan serangan misil balistik ke wilayah Saudi. Satu orang tercatat dalam aksi serangan rudal tersebut.
Konflik di Yaman telah merenggut hampir 10.000 nyawa dalam tiga tahun terakhir, dan memicu bencana kelaparan di Yaman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.