Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tim Sepak Bola Wanita Afghanistan, Mulai Diludahi hingga Dibom

Kompas.com - 08/03/2018, 15:35 WIB
Ervan Hardoko

Editor

KABUL, KOMPAS.com - Diludahi, dilempari batu di jalan, dan harus menghindari pengeboman adalah bagian dari perjalanan pemain tim nasional sepak bola Afghanistan menuju tempat latiham.

Karena masalah keamanan itu pula, sang pelatih, mantan pemain nasional AS Kelly Lindsey,  hingga saat ini belum pernah menginjakkan kaki di Afghanistan.

Bahkan tim nasional Afghanistan belum pernah bermain dengan 11 pemain lengkap sejak terbentuk pada 2010.

Namun, dalam dua tahun terakhir sejak ditangani Lindsey, peringkat Afghanistan membaik dari urutan 128 peringkat menjadi 106 dalam peringkat FIFA.

Baca juga : Libya Larang Tim Sepak Bola Perempuan Berlaga di Jerman

Kemajuan itu dicapai terlepas dari sifat "unik" tim ini karena semua pertandingan dan tempat pelatihan harus digelar di luar negeri demi alasan keamanan.

Masalah hidup dan mati

Anggota tim ini adalah gabungan dari diaspora Afghanistan di seluruh dunia dan mereka yang masih tinggal di negeri itu.

Mereka yang tinggal di Australia, Eropa, dan Amerika Utara bisa berlatih dengan normal. Mereka pun memiliki teladan dan sosok perempuan ideal yaitu ibu mereka.

Para perempuan itu beremigrasi bersama anak-anak ketika suami mereka terbunuh dalam peperangan dan kekerasan di negeri mereka.

Lain halnya dengan para pemain yang masih tinggal di Afghanistan, yang selalu menghadapi berbagai ancaman kekerasan.

Akibat bermain sepak bola mereka dianggap merusak martabat dan reputasi keluarga, serta dituding bertentangan dengan budaya Afghanistan.

"Tidak mudah bagi kami untuk melakukan latihan," kata Lindsey (38) kepada program BBC World Football.

"Mereka diludahi, mereka dilempari batu, terjadi pengeboman dalam perjalanan,"  papar Lindsey.

Baca juga : Tim Sepak Bola Perempuan Vietnam Incar Posisi Ketiga

"Penting bagi para perempuan di dunia untuk memahami, bahwa ini sesuatu yang nyata, bukan dongeng belaka. Gadis-gadis ini mengalaminya setiap hari."

Sepak bola perempuan Afghanistan berawal dari sejumlah pemain amatir yang tampil dalam pertandingan persahabatan melawan tim Pasukan Keamanan Internasional NATO di Kabul pada 2010. Tim Afghanistan  menang 1-0. Majid Saeedi/Getty Images/BBC Indonesia Sepak bola perempuan Afghanistan berawal dari sejumlah pemain amatir yang tampil dalam pertandingan persahabatan melawan tim Pasukan Keamanan Internasional NATO di Kabul pada 2010. Tim Afghanistan menang 1-0.
Sebuah studi BBC mengungkap bahwa kelompok Taliban masih aktif di 70 persen wilayah Afghanistan.

Fakta ini secara langsung mempengaruhi kehidupan 15 juta orang atau kira-kira separuh dari seluruh penduduk Afghanistan.

Hal itu juga mengancam kebebasan yang dinikmati perempuan Afghanistan sejak rezim Taliban digulingkan pada 2001.

"Jika seorang perempuan bermain sepak bola, maka ayahnya, saudaranya, pelatihnya, ibunya, dihakimi oleh masyarakat sekitar," kata Lindsey.

Baca juga : Cerita Pilot Perempuan Afganistan yang Akhiri Perjalanan Keliling Dunia di Bali

"Khalida Popal, direktur program kami ... kakaknya ditikam sampai hampir meninggal dunia karena mengizinkan adik perempuannya bermain bola."

"Sungguh menakjubkan bagi saya bahwa setelah apa yang mereka alami setiap hari, mereka tetap saja ingin bermain sepak bola," tambah Lindsey.

"Tampil terbuka menjadi sorotan semua orang, dan dengan ancaman Taliban - ini urusan hidup dan mati bagi gadis-gadis itu."

"Saya berulang kali bertanya pada diri sendiri: 'Apakah saya bersedia mati demi bisa bermain sepak bola?' Saya memuji mereka setiap hari bahwa mereka datang berlatih dan bahwa sepak bola berarti dalam kehidupan mereka di tengah situasi yang begitu kacau balau."

Belum pernah main di lapangan ukuran normal

Tugas Lindsey melatih timnas sepak bola perempuan Afghanistan sama sekali tidak mudah.

Dengan kamp pelatihan berada di luar Afghanistan, praktis Lindsey harus rela melatih jarak jauh dengan menggunakan telepon dan email.

Sejumlah pemainnya bahkan ada yang belum pernah menginjak lapangan ukuran penuh sebelum berlatih dengan timnas untuk mempersiapkan laga persahabatan awal bulan ini melawan Yordania.

Saat itu timnas Afghanistan menelan kekalahan telak 5-0 dan 6-0.

"Kami bertemu setiap dua pekan lewat telepon untuk mendiskusikan latihan, nutrisi, apa yang terjadi dengan tim, apa yang mereka sudah berhasil dan apa kesulitan mereka di dalam dan di luar luar lapangan," ujar Lindsey.

"Kami mengirimkan video, materi latihan, dan powerpoint berisi taktik untuk mereka pelajari sehingga ketika mereka datang ke kamp pelatihan mereka tahu apa yang ingin kami lakukan sebagai sebuah tim."

Ketika mereka bertemu, Lindsey harus segera melatih hingga hal mendasar.

"Setiap kali yang datang ke kamp pelatihan adalah kelompok perempuan yang berbeda-beda," katanya.

Baca juga : RI Gratiskan Biaya Kuliah bagi Mahasiswa Perempuan Afganistan

"Kami tidak selalu mendapatkan orang yang sama, jadi kami harus selalu mengajarkan lagi permainan 11-11, posisi, peran, tanggung jawab yang menurut saya oleh kebanyakan pelatih nasional dianggap sudah merupakan hal yang diketahui semua pemain," tambahd dia.

"Saya menghargai pemain yang hidup di luar Afghanistan karena menghormati apa yang ingin kami lakukan, dan tidak merasa frustrasi dengan kami karena harus kembali mengulang-ulang dari dasar."

Kelly Lindsey berambisi membawa timnas Afghanistan lolos ke Piala Dunia sepak bola perempuan.Kelly Lindsey/BBC Indonesia Kelly Lindsey berambisi membawa timnas Afghanistan lolos ke Piala Dunia sepak bola perempuan.
Dunia akan mengetahui kelak

Afghanistan belum lolos ke turnamen besar pertama mereka, namun tim tersebut relatif masih dalam masa pertumbuhan.

Dan misi ini digambarkan Lindsey sebagai lebih dari sekadar memenangkan pertandingan sepak bola.

"Semuanya bermain dengan penuh semangat dan gairah untuk kebanggaan bangsa mereka. Meski kebanyakan tim nasional lain juga punya semangat yang sama, mereka mengetahui benar tantangan yang mereka hadapi, keutuhan yang mereka sungguh butuhkan, dan masa depan yang mereka songsong bagi para perempuan muda di seluruh dunia. Semoga saja."

Lindsey mengatakan ambisi utama mereka adalah lolos ke Piala Dunia. Namun, Afghanistan masih berada di luar peringkat 100 FIFA dan tak banyak teladan untuk menginspirasi mereka.

Baca juga : Kedua Telinga Perempuan Afganistan Ini Dipotong Sang Suami

Tuan rumah Yordania akan menjadi satu-satunya negara Islam di kejuaraan sepak bola perempuan Piala Asia, April nanti yang sekaligus menjadi ajang kualifikasi Piala Dunia 2019.

Dengan pelatihan tim nasional Afghanistan berlangsung dengan tetap separuh pengenalan tim dan separuh pelatihan bertanding, wajar saja kalau perkembangan mereka amat lambat.

Dan sekarang, Lindsey tidak akan berjumpa dengan pemainnya hingga Juni nanti, saat mereka melakukan tur ke Jepang. Meski demkian, Lindsey punya ambisi besar.

"Kami sedang berusaha membangun tim ini untuk bisa kompetitif, agar bisa lolos ke Piala Dunia," katanya. "Bila itu akan terjadi, tugas saya tunai."

"Banyak hal yang harus dikerjakan tetapi satu-satunya cara yang bisa kami lakukan adalah bermain sebaik-baiknya dan melihat di mana kita berdiri."

"Hari ketika kami lolos ke Piala Dunia, dunia akan tahu bahwa sepak bola perempuan telah berubah," dia berharap.

Baca juga : Buat Baju Besi Pelindung Payudara, Perempuan Afganistan Diancam Pembunuhan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com