Ajang ini akan mempertemukan tim sepak bola perempuan dari Mesir, Jordania, Lebanon, Palestina, Tunisia, dan Jerman. Turnamen yang didanai Pemerintah Jerman ini menjadi pertemuan para pesepak bola perempuan Timur Tengah sejak 2011.
Namun, Federasi Sepak Bola Libya, dengan alasan turnamen digelar di tengah-tengah bulan Ramadhan, menyatakan bahwa tim perempuan negeri itu tidak bisa berangkat ke Jerman.
”Federasi mengatakan, kami tidak bisa berangkat ke Jerman karena sedang berpuasa. Kami ingin sekali pergi, tetapi federasi melarang,” kata pemain tengah Hadhoum el-Alabed.
El-Alabed (37), yang merupakan pemain paling senior di timnas Libya dan pernah mengenyam pendidikan di Liverpool, mengatakan, larangan itu menghancurkan impian soal perubahan sosial setelah tumbangnya Moammar Khadaffy.
”Tim lain bisa berangkat ke Berlin, lalu mengapa kami tidak bisa? Semua pemain menangis saat federasi menyatakan kami tak bisa berangkat,” ujar El-Alabed
Sebelumnya, Federasi Sepak Bola Libya sudah memberikan lampu hijau untuk tim perempuannya berlaga di Jerman. Namun, kemudian mereka mengubah pikirannya.
”Saat ini sedang bulan Ramadhan. Kami tidak menentang sepak bola perempuan,” kata Sekjen Federasi Sepak Bola Libya Nasser Ahmad.
Kesulitan untuk tim sepak bola perempuan Libya ini seakan tidak ada akhirnya. Sebelum dilarang berlaga, mereka juga mendapat ancaman dari kelompok Islam radikal.
Ancaman ini membuat El-Alabed dkk harus berlatih secara rahasia, selalu berpindah tempat, dan tak jarang mereka harus berlatih di bawah perlindungan tentara.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.