VATIKAN, KOMPAS.com - Paus Fransiskus menginjak usia 81 tahun pada 17 Desember 2017. Pemimpin Gereja Katolik Roma dunia ini merupakan paus ke-266.
Dia adalah paus pertama yang berasal dari daratan Amerika. Bernama asli Jorge Mario Bergoglio, dia memilih nama Santo Fransiskus dari Assisi, Italia sebagai gelar kepausannya.
Sebelumnya, dia menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires, Argentina pada 1988-2013, hingga terpilih menggantikan Paus Benediktus XVI.
Tak hanya menandai kepemimpinannya dengan kerendahan hati dan dukungan dari orang miskin dan terpinggirkan, Paus Fransiskus juga terlibat aktif dalam bidang diplomasi politik dan advokasi lingkungan.
Baca juga : Paus Fransiskus Ulang Tahun, Undang Gelandangan Sarapan Bersama
Selain itu, dia juga telah mengeluarkan sejumlah pernyataan dan kebijakan untuk mereformasi gereja, bahkan tak jarang menuai kontroversi.
Lalu, bagaimana sepak terjang Paus Fransiskus sepanjang tahun ini?
Baru-baru ini, Paus Fransiskus memiliki keinginan untuk mengubah kalimat dalam Doa Bapa Kami.
Paus Fransiskus mengaku tidak nyaman dengan kalimat "dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan" yang tertuang dalam doa itu.
Baca juga : Paus Fransiskus Ingin Ubah Kalimat dalam Doa Bapa Kami
Menurutnya, kalimat itu seolah-olah hendak menjelaskan bahwa Tuhan sendiri yang membuat pencobaan kepada manusia.
Kalimat tersebut bakal diganti sehingga berbunyi "janganlah kami menderita karena pencobaan".
Berikutnya, dalam kunjungannya ke Myanmar dan Bangladesh pada akhir November 2017, pertanyaan seputar penyebutan 'Rohingya' oleh Paus Fransiskus menjadi topik utama.
Di Myanmar, Paus memang tidak menyebutkan 'Rohingya', namun menggantinya dengan "penghormatan terhadap setiap etnis dan identitasnya di Myanmar" serta "krisis kemanusiaan yang tengah terjadi di negara tersebut".
Baca juga : Paus Fransiskus Buka Suara tentang Sikap Bungkamnya di Myanmar
Selain itu, Paus Fransiskus pernah mengatakan, tak ada gunanya jika seseorang rajin beribadah, tetapi tidak berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari.
Dia menyebut mereka yang rajin beribadah di gereja tetapi tidak berbuat baik sebagai "burung beo".
Pada Oktober 2017, Paus Fransiskus mengkritik penggunaan telepon genggam di dalam gereja yang dinilainya sudah sangat berlebihan dan melampaui batas.