SANAA, KOMPAS.com - Pemberontak Houthi di Yaman menyandera puluhan jurnalis selama berhari-hari di markas sebuah stasiun televisi, di ibu kota Yaman, Sanaa.
Dilansir dari Al Jazeera, Selasa (5/12/2017), laporan dari organisasi pemantau media internasional, Reporter Tanpa Batas (RSF), menyebutkan kelompok pemberontak meluncurkan granat roket ke markas saluran televisi Yaman, Al Youm, di Sanaa, pada Sabtu (2/12/2017), sebelum menyerbu gedung stasiun TV itu, dan menyandera 41 karyawan di dalamnya.
Tiga petugas keamanan setempat terluka dalam serangan tersebut. Kepala rubrik Timur Tengah RSF, Alexandra El Kahzen, mengecam tindakan kekerasan terhadap wartawan tersebut, dan menyebutnya sebagai pelanggaran serius terhadap perlindungan jurnalis sesuai dengan Konvensi Jenewa.
"Penyanderaan ini merupakan ciri khas permusuhan di Yaman terhadap wartawan yang sering menjadi sasaran konflik," katanya.
Baca juga : Kematian Saleh Bawa Yaman ke Perang Saudara Baru?
"Kami meminta pemberontak Houthi untuk segera membebaskan jurnalis stasiun TV itu," tambahnya.
Sumber RSF menyebutkan, para jurnalis yang ditawan dipaksa untuk menyerahkan kode akses saluran TV, sehingga memungkinkan Houthi menyiarkan konten mereka sendiri.
Selain itu, ada 13 wartawan dan pekerja media lainnya yang juga masih disandera di Yaman oleh kelompok bersenjata, termasuk oleh pemberontak Houthi dan Al Qaeda.
Yaman berada di peringkat 166 dari 180 negara dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia 2017 versi RSF.
Baca juga : Houthi: Mantan Presiden Yaman Dibunuh karena Berkhianat
Serangan dan penyanderaan tersebut terjadi di tengah meningkatnya ketegangan, setelah pasukan loyalis mantan presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, yang memutuskan hubungan dengan Houthi, memicu pertempuran senjata dan tembakan di Sanaa.
Sedikitnya 234 orang telah terbunuh, dan lebih dari 400 orang lainnya cedera dalam pertempuran di Sanaa sejak awal bulan ini.
Sementara itu, kendaraan Saleh diserang dan dia ditembak mati. Kematiannya menimbulkan banyak pertanyaan mengenai apa yang akan terjadi selanjutnya dalam konflik perang selama tiga tahun.
Baca juga : Militer Yaman Diserukan Gabung dengan Milisi Houthi Lawan Arab Saudi
Konflik berdarah di Yaman membuat negara tersebut didera kemiskinan yang menjadikannya sebagai bencana kemanusiaan.
Jutaan orang menghadapi kelaparan, wabah penyakit menyebar di masyarakat dengan 2.000 kematian akibat kolera.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.