NEW DELHI, KOMPAS.com - Kementerian Luar Negeri India meminta Myanmar membawa kembali pengungsi Rohingnya dan menyelesaikan krisis pengungsi terbesar di Asia dalam beberapa dekade terakhir itu.
Pernyataan tersebut dilontarkan Menteri Luar Neger India, Sushma Swaraj, kepada pemerintah Banglades, saat bertemu dengan Perdana Menteri Banglades Sheikh Hasina, pada Minggu (22/10/2017).
Pemerintah Banglades sebelumnya memerintahkan penjaga perbatasan untuk mengizinkan pengungsi Rohingya melintasi perbatasan dan berlindung di tenda darurat di kota pesisir Cox's Bazar.
"Myanmar harus membawa kembali mereka... ini menjadi beban bagi Banglades. Berapa lama Banglades bisa menahannya," kata Swaraj seperti yang dikutip dari laman The Indian Express.
Baca juga : Tak Hanya Myanmar, Warga Dunia Pun Gagal Lindungi Rohingya
"Harus ada solusi permanen untuk menyelesaikan konflik ini," lanjutnya.
Swaraj mengatakan, India khawatir mengenai kekerasan yang terjadi di negeri tetangga Banglades itu.
Menurutnya, beberapa kelompok HAM yang telah menemui para pengungsi menyatakan militer Myanmar membunuh tanpa pandang bulu, melakukan perkosaan, dan membakar desa-desa untuk memaksa etnis Rohingnya pergi.
"Kita telah mendorong agar situasi bisa diatasi dengan menahan emosi, dan berpikir hanya pada kesejahteraan penduduk," kata Swaraj.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Banglades mendesak India memainkan peran lebih besar dengan terus menekan Myanmar untuk menemukan solusi damai bagi krisis Rohingya.
Sebelumnya, Parlemen India, dalam berbagai forum hingga sidang paripurna Inter-Parliamentary Union (IPU), menyatakan etnis Rohingya adalah teroris yang mengancam kedamaian dunia dan tak menginginkan isu Rohingya masuk dalamresolusi IPU.
Baca juga : Tak Hanya Myanmar, Warga Dunia Pun Gagal Lindungi Rohingya
Namun, sidang yang dilaksanakan di Saint Petersburg, Rusia, pekan lalu tersebut akhirnya mendesak agar etnis Rohingya mendapatkan status kewarganegaraan Myanmar.
Hampir 600.000 orang etnis Rohingya telah keluar dari wilayah negara bagian Rakhine sejak 25 Agustus 2017. Mereka menyelamatkan diri dari serangan yang disebut PBB sebagai aksi pembersihan etnis.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.