TOKYO, KOMPAS.com - Para Seniman tato di Jepang tengah diliputi dilema besar.
Hal itu menyusul keputusan pengadilan Jepang yang hanya memperbolehkan tenaga medis profesional merajah tubuh manusia.
Anda tidak akan menemukan warna hitam pada dinding salon tato milik Ron Sugano, yang terletak di wilayah Meguro, barat daya Tokyo.
Di kawasan ini banyak rumah berbentuk "tak lazim" berdiri berjajar di sepanjang jalan.
Selain itu, gambar-gambar tindikan telinga dan pekerjaan tinta ekstrem tidak terpajang di kawasan itu. Padahal, area tersebut biasanya memamerkan berbagai jenis tato dari seluruh dunia.
Hiasan kayu Bali, buku panduan perjalanan Lonely Planet, dan kilauan cahaya alami, malah membuat salon tato Shi Ryu Doh terasa seperti spa.
Hal itu bukan karena disengaja.
Baca: Yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Membuat Tato
Tato di negeri Matahari Terbit itu sudah lama berkaitan dengan stigma organisasi kriminal Yakuza, yang menyatakan kesetiaannya dengan cara merajah seluruh tubuh.
Konsekuensinya, siapa pun yang bertato, tanpa memandang profesinya, tidak bisa berenang dan berendam di kolam air panas umum, berjemur di pantai, dan melakukan aktivitas di tempat kebugaran.
Sugano tidak memiliki kaitan dengan Yakuza, walaupun dia memiliki dekorasi zen (identik dengan Yin dan Yang) yang praktis menarik perhatian turis asing.
Namun, hal tersebut tidak cukup meyakinkan pemerintah Jepang untuk membiarkan dia menlanjutkan bisnis tatonya.
Pengadilan Osaka pada bulan lalu, mengabulkan permohonan aturan tentang tato dan memutuskan hanya dokter yang secara legal bisa membuat tato di tubuh manusia.
Artinya, seniman seperti Sugano bisa dikatakan telah melakukan perbuatan kriminal setiap kali mereka merajah tubuh pelanggannya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.