Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Penderita Penyakit Menular Seksual di AS Capai Rekor Tertinggi

Kompas.com - 27/09/2017, 15:15 WIB

CDC menyebut, tren ini sangat memprihatinkan, karena dengan meningkatnya kasus gonore, muncul dugaan ada resistensi dari metode pengobatan yang direkomendasikan terakhir kali.

Sementara, kasus sifilis berjumlah 28.000. Angka itu meningkat hampir 18 persen dari tahun 2015 sampai 2016.

Sebagian besar kasus sifilis terjadi pada pria -terutama gay, biseksual dan pria lain yang berhubungan seks dengan pria.

Namun demikian, jumlah wanita yang menderita sifilis pun mengalami kenaikan signifikan mencapai 36 persen.

Ada lebih dari 600 kasus sifilis di antara bayi yang baru lahir -yang dikenal sebagai sifilis kongenital, atau meningkat 28 persen dalam satu tahun.

Baca: Aplikasi Ini Bantu Sebarkan Penyakit Menular Seksual

Kasus sifilis ini menyebabkan lebih dari 40 kematian dan komplikasi kesehatan yang parah di antara bayi yang baru lahir.

"Setiap bayi yang lahir dengan sifilis merupakan kegagalan sistem yang tragis," kata Gail Bolan, Direktur Divisi Pencegahan PMS CDC.

"Yang dibutuhkan hanyalah tes STD sederhana, dan perawatan antibiotik, demi membantu memastikan awal yang sehat bagi generasi penerus di AS," sambung Bolan.

Para ahli mengatakan, meski ada kekhawatiran tentang resistensi antibiotik, ketiga penyakit menular ini dapat disembuhkan dengan pengobatan antibiotik.

Sebaliknya, jika tidak diobati, penyakit ini akan mengakibatkan infertilitas, kehamilan ektopik yang mengancam jiwa, kelahiran mati pada bayi, dan peningkatan risiko penularan HIV.

"Peningkatan penyakit menular seksual adalah peringatan yang jelas akan ancaman yang berkembang," kata Jonathan Mermin.

Mermin adalah Direktur Pusat Nasional untuk HIV/AIDS, Viral Hepatitis, STD, dan Pencegahan TB.

"Penyakit menular adalah musuh yang terus-menerus bertambah jumlahnya, dan melampaui kemampuan kita untuk merespons."

Baca: Apakah Kondom Bisa Mencegah Penyakit Menular Seksual?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com