MOSKWA, KOMPAS.com - Otoritas pengawas internet Rusia, Selasa (26/9/2017), mengancam akan memblokir Facebook di tahun 2018.
Ancaman itu akan terjadi jika Facebook menolak tunduk pada undang-undang yang mengatur tentang penyimpanan data pengguna lokal.
"Undang-undang itu wajib bagi semua orang," kata Kepala Pengawas Telekomunikasi Roskomnadzor Alexander Zharov.
Zharov mengatakan hal itu kepada wartawan di Moskwa seperti diberitakan kantor berita Interfax yang dikutip AFP.
"Kami akan berusaha membuat Facebook mematuhi hukum," kata Zharov.
"Ini semua akan terjadi pada 2018 pasti."
Baca: Mark Zuckerberg Ingin Jual 75 Juta Saham Facebook, Untuk Apa?
Ancaman ini muncul terkait disahkannya undang-undang kontroversial pada tahun 2014.
Di dalamnya diatur kewajiban bagi penyedia jasa dari negara asing di bidang layanan pesan instan, mesin pencari, dan situs jejaring sosial, untuk menyimpan data pribadi pengguna asal Rusia di dalam Rusia.
Undang-undang, yang ditentang keras oleh industri telekomunikasi ini, merupakan langkah nyata untuk menekan situs-situs seperti Facebook dan Twitter agar mau menyerahkan informasi pengguna.
"Bagaimana pun juga, kita akan menerapkan undang-undang tersebut atau perusahaan tersebut akan berhenti bekerja di Rusia, seperti yang terjadi pada LinkedIn," kata Zharov.
"Tidak ada pengecualian di sini," tambah dia.
Penyedia layanan internet Rusia tahun lalu memblokir situs jejaring profesional LinkedIn.
Hal itu terjadi setelah Roskomnadzor mengatakan situs itu melanggar undang-undang tentang penyimpanan data pribadi.
Komentar Zharov yang terakhir ini muncul setelah Facebook mengungkapkan bahwa akun palsu yang terkait dengan Rusia diduga dibayar untuk dipakai mempengaruhi pemilihan umum AS tahun lalu.
Baca: Baku Tembak di Pengadilan Moskwa, 3 Terdakwa Tewas
Facebook mengatakan akan berbagi temuannya itu dengan pihak berwenang AS.
Ancaman larangan ini juga muncul saat Rusia bersiap untuk pemilihan presiden bulan Maret tahun depan.
Facebook banyak digunakan oleh kelompok oposisi Presiden Vladimir Putin untuk mengkoordinasikan protes dan membuat pernyataan politik.
Pemimpin oposisi Alexei Navalny, yang sempat berniat untuk melawan Putin namun gagal, menggunakan Facebook untuk berkomunikasi dengan pendukungnya.
Platform online memungkinkan Navalhy untuk "melangkahi" televisi pemerintah, yang hanya memberinya liputan negatif.
"Kami sangat mengerti bahwa Facebook memiliki sejumlah besar pengguna di Rusia, namun di sisi lain, kami memahami ini bukan layanan unik, ada situs media sosial lainnya," kata Zharov.
Baca: Rusia Gagalkan Rencana Serangan Bunuh Diri ISIS di Moskwa
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.