Pada Januari 2017, misalnya, Dr Mahmud – menurut laporan IPAC – menghubungi Achmad Supriyanto alias Damar, seorang anggota JAD di Banten, yang pernah menjalani pelatihan singkat di Pulau Basilan, Mindanao, akhir Mei 2016.
Dr Mahmud mengatakan dia memerlukan Damar untuk menerima dana dari Suriah ke Filipina dan memberikannya akun di Telegram untuk dikontak.
Baca: TNI AD Siapkan Langkah Antisipasi Dampak Serangan ISIS ke Marawi
Pada Maret 2017, dia memberi tahu Damar bahwa dana 20.000 dollar AS atau sekitar Rp 266 juta sudah tiba di Indonesia dan meminta dia menghubungi orang JAD di Suriah, Munawar, yang kemudian memberi instruksi kepada Damar lewat komunikasi internet Telegram untuk mengambil dari seseorang di Bekasi.
Setelah itu, masih menurut laporan IPAC, Damar mengirim uang itu ke kontak di Fiipina. Setelah Damar ditangkap tahun 2017, anggota JAD lainnya, Rohmat Septriyanto asal Tegal, yang bertugas sampai dia ditangkap pada akhir Mei.
Laporan terbaru IPAC ini juga mengkaji bagaimana dua jaringan ISIS di Indonesia terlibat di Mindanao dan akhirnya ditekan untuk berpartisipasi dengan mengirimkan sekitar 20 petempur ke medan perang Marawi.
Beberapa berasal dari JAD dan ada juga dari kelompok kecil yang belum banyak dikenal, al-Hawariyun.
Pemimpin kelompok ini, Abu Nusaibah ditangkap November 2016 karena berupaya memicu kekerasan dalam unjuk rasa menentang Dubernur DKI Jakarta saat itu, Basukti Tjahaja Purnama alias Ahok.
Baca: Kalla Minta 10 WNI di Marawi Dipulangkan ke Indonesia
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.