Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Tragis Migran: Bila Mereka Meninggal, Buang di Hutan Jerman

Kompas.com - 23/06/2017, 06:30 WIB

BUDAPEST, KOMPAS.com - "Bila mereka meninggal, buang mereka di hutan di Jerman." Itulah perintah yang diterima sopir truk dengan gerbong pendingin, yang mengangkut 71 migran gelap, dari Hongaria dan Austria.

Para migran itu kemudian tewas di truk dalam kondisi mengenaskan. Kasus dua tahun lalu itu membuat banyak pihak marah dan menjadi tonggak dalam krisis pengungsi di Eropa.

Pada hari fatal, Agustus 2015 itu, 71 orang dari Suriah, Afganistan dan Irak, dikunci di truk di dekat perbatasan Serbia dan Hongaria.

Setelah truk berangkat, para migran berteriak dan menggedor truk karena mereka tak bisa bernafas namun pelaku memerintahkan sopir tak mengindahkan teriakan itu.

Setelah kejadian mengenaskan ini, perbatasan Austria dibuka dan para migran diizinkan menuju Jerman.

Baca: Puluhan Jasad Migran Ditemukan di Dalam Sebuah Truk di Austria

Hal ini terungkap dalam pengadilan 11 tersangka yang diadili di Hongaria pada Rabu (21/6/2017) terkait dengan temuan 71 jenazah migran yang membusuk di truk yang ditinggal di jalan bebas hambatan Austria.

Perempuan, anak-anak dan bayi

Para tersangka, yakni sembilan warga Bulgaria, seorang Afganistan dan seorang lagi warga Lebanon, diadili di Hongaria karena para korban diperkirakan telah meninggal sebelum tiba di Austria.

Kebijakan terhadap migran telah berubah di Austria. Para migran masih banyak yang menderita di tangan para penyelundup yang mengangkut mereka ke Eropa Barat.

"Saat itu udara panas," kata Otto Lippert yang bekerja di Pemerintah Daerah Parndof.

"Kota kami tengah merencanakan perayaan, namun muncul berita ada truk kecil yang berisi jenazah di jalan bebas hambatan A4 dekat Parndorf."

"Suasana pesta hilang, yang muncul suasana bencana," katanya.

Di antara korban terdapat perempuan dan anak serta seorang bayi yang berusia kurang dari satu tahun.

Jenazah mereka ditemukan pada saat para pemimpin Eropa, termasuk Kanselir Jerman Angela Merkel, bertemu di Vienna, Austria, untuk membicarakan dinaikkannya jumlah migran dan pengungsi yang melakukan perjalanan sampai ke Balkan Barat.

Aliran ribuan pengungsi

Orang di Parndof sangat terkejut atas tragedi itu, kata Otto Lippert.

Baca: PM Hongaria: Migrasi adalah Kuda Kayu Trojan Terorisme

"Setiap orang sedih. Ada perempuan dan anak ada di antara korban. Mereka marah dengan para penyelundup. Namun kemudian, setelah temuan jenazah, perbatasan dibuka dan para pengungsi dari Hongaria bisa melalui Austria dalam perjalanan ke Jerman."

"Ribuan pengungsi lewat. Warga tak suka itu dan perasaan warga berbalik. Ada kemarahan dan kepanikan."

Perbatasan Balkan Barat tak bisa selamanya dibuka.

Pada 2016, Menteri Luar Negeri Austria Sebastian Kurz memainkan peranan penting dalam menutup jalur. Ia juga ingin menutup rute Laut Tengah (Laut Mediterania).

"Satu-satunya cara untuk mencegah penyelundupan dan mengakhiri mereka yang sekarat di Laut Tengah adalah menjamin siapapun yang sampai secara ilegal untuk tidak bisa sampai di Eropa Tengah," kata Kurz kepada Austrian Press Agency baru-baru ini.

Ia ingin para pengungsi yang diselamatkan di Laut Tengah dibawa ke kamp sementara di Afrika utara.

Negara-negara seperti Tunisia dan Mesir skeptis.

Meninggal di jalan raya

Saat ini migran yang tiba di Austria melalui Balkan jauh lebih sedikit namun penyelundupan manusia ke kawasan ini berlanjut.

Sebagai tanggapan langsung atas temuan truk ini, Austria mendirikan operasi perbatasan untuk membantu polisi di Eropa Tengah dan Balkan.

Baca: Hongaria Tutup Pintu Masuk Migran dari Serbia

Operasi bersama ini telah berujung pada penahanan 200 orang tahun ini, menurut polisi Austria, Gerald Tatzgern.

Namun, dengan ditutupnya perbatasan, risiko migran yang membayar penyelundup untuk membawa mereka ke Eropa Barat justru lebih tinggi.

"Sekarang kami temukan kasus penyelundupan dengan kargo dengan truk-truk, dan seperti halnya tahun 2015, kondisi ini sangat berbahaya bagi migran," katanya.

"Pekan lalu, penyelundup berusia 16 tahun tanpa SIM kecelakaan. Ia mengangkut 27 migran di truk kecil dan dalam kecelakaan itu 10 meninggal," tambah Tatzgern.

Yasser Alnazar tiba di Austria pada 2015 saat perbatasan masih dibuka, tak lama setelah temuan jenazah 71 migran. Ia lari dari Irak karena homoseksual dan tengah menunggu permintaan suakanya.

Ia bermain drama baru yang mengangkat kondisi krisis migran di pusat pencari suaka Austria di Traiskirchen.

"Tidak semua orang terbuka untuk menerima pengungsi," katanya.

"Sebagian menganggap kami datang ke negara mereka untuk mengambil pekerjaan mereka. Namun selama di sini, saya bertemu dengan orang yang berpandangan positif terhadap pengungsi. Mereka sangat baik dan berusaha membantu."

Baca: Polandia dan Hongaria Tolak Terima Imigran Kuota Uni Eropa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com