Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dicari, Istri Asal Asia untuk Pria dari "Surga Terakhir di Bumi"

Kompas.com - 28/04/2017, 09:04 WIB

 

Kristjan Arnason mengingat kembali usaha yang dilakukan Bunlom, istrinya yang berasal dari Thailand, yang tiba di Kepulauan Faroe pada tahun 2002, untuk belajar Bahasa Faroe.

"Setelah hari yang panjang di kantor, dia akan duduk membaca kamus Inggris-Faroe," katanya.

"Dia sangat berdedikasi."

"Saya beruntung," tambah Bunlom.

"Saya katakan kepada Kristjan bahwa jika saya harus pindah ke sini dia harus mencarikan saya pekerjaan. Dan dia melakukannya."

"Saya pun kini bekerja dengan orang-orang Faroe di hotel sehingga saya harus belajar bagaimana berkomunikasi dengan mereka."

Pada masa ketika imigrasi menjadi topik sensitif di banyak belahan Eropa, masyarakat Faroe terlihat sangat menerima pendatang asing.

"Saya kira karena imigran yang kita lihat sejauh ini kebanyakan perempuan, juga membantu," kata politisi lokal Magni Arge, yang juga duduk di Parlemen Denmark.

"Mereka datang dan bekerja dan tidak menyebabkan masalah sosial."

Antonette Egholm, yang berasal dari Filipina pun mengaku tak pernah merasakan sentimen anti-imigran. 

"Orang-orang di sini ramah," ujar dia.

"Saya belum pernah mendapatkan reaksi negatif karena saya orang asing. Saya tadinya tinggal di kota metropolitan Manila dan di sana kami khawatir tentang macet dan polusi dan kejahatan."

"Di sini kami tidak perlu khawatir tidak mengunci pintu, dan fasilitas kesehatan dan pendidikan gratis. Di negara asal kami harus membayar."

"Dan di sini anda bisa secara spontan memanggil seseorang di rumahnya, tidak formal. Bagi saya, hal itu terasa seperti di Filipina."

Seperti Antonette, suaminya, Regin, yakin bahwa keberagaman adalah sesuatu yang perlu diterima bukan ditakuti.

"Sesungguhnya kita membutuhkan orang-orang baru di sini," tambah dia.

"Saya senang melihat banyak anak-anak sekarang yang memiliki orangtua campur."

Athaya Slaetalid pun berkisah, bagaimana sebagian teman-teman Thailand-nya menanyakan mengapa dia tidak meninggalkan kampung kecil itu?

Dia disarankan pindah ke ibu kota, tempat di mana hampir 40 persen penduduk Kepulauan Faroe tinggal.

"Tidak, saya tidak perlu melakukan itu," katanya.

"Saya bahagia di sini sekarang, bukan hanya sekadar bertahan tapi juga bekerja untuk keluarga kami."

"Lihat," kata dia, saat kami memasuki taman yang menghadap fjord.

"Jacob bermain di samping pantai. Dia dikelilingi bukit yang dipenuhi kambing dan terekspos dengan alam."

"Kakek neneknya tinggal di ujung jalan. Tidak ada polusi dan tidak ada kejahatan. Tidak banyak anak yang memiliki ini akhir-akhir ini. Ini bisa saja surga terakhir di bumi."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com