Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembalinya Anak Timor Leste yang "Diambil Paksa" TNI

Kompas.com - 26/03/2017, 09:39 WIB


"Saya menangis dan menangis. Ketika kami sampai di pelabuhan, serdadu itu kehilangan kesabaran dan dia menceburkan saya ke laut. Dia menceburkan saya dua kali. Serdadu-serdadu yang lain bertanya mengapa dia melakukan itu? 'Apakah kamu ingin membuatnya pingsan?' Si serdadu itu menjelaskan kepada teman-temannya bahwa dia melakukan itu agar saya lupa dengan Timor Leste," tutur Isabelinha.

Sejak awal Isabelina tidak diperlakukan layaknya seorang anak.

"Saya dilecehkan secara seksual sejak usia dini oleh ayah tiri saya. Satu-satunya yang dia tidak lakukan adalah memperkosa saya. Sejak di kapal dia melakukan hal-hal yang tidak boleh dilakukan terhadap seorang anak perempuan."

Di Timor Leste, keluarga Isabelina tidak pernah berhenti mencarinya. Beberapa tahun lalu salah seorang keponakan Isabelina berangkat ke Indonesia untuk menempuh studi dan kesempatan itu digunakan untuk mencarinya.

"Anak sulung saya berlari ke arah saya dan berkata, 'saudara ibu ada di sini, dia mirip sekali dengan ibu!' Seluruh tubuh saya gemetar."

Berbekal pengalaman itu, Isabelina membaktikan hidupnya untuk mencari anak-anak Timor Leste yang hilang dan kini telah menjadi orang dewasa. Selain itu, Isabelina terus berupaya mencari keluarga anak-anak yang hilang itu.

Dia bepergian melintasi pulau-pulau demi mencari mereka dengan menggunakan foto-foto dan kepingan informasi yang didapat timnya di Timor Leste. Pada saat yang sama, tim di Timor Leste juga mencari keluarga anak-anak yang hilang.

Bersama kelompok AJAR, dia telah mempersatukan lebih dari 40 orang.

"Saya tahu rasanya tidak melihat keluarga selama 30 tahun. Kehilangan keluarga selama itu benar-benar pedih. Rasanya seperti Anda menjalani hidup yang penuh kebohongan," kata Isabelinha.

Sosok-sosok kuat dan terkenal

Beberapa anggota militer Indonesia yang "mengadopsi" anak-anak Timor Leste adalah figur yang punya pengaruh kuat di Indonesia. BBC meminta kesempatan wawancara dengan mereka, namun mereka menolak.

"Versi mereka mengenai peristiwa itu adalah anak-anak itu diselamatkan dan diberikan kehidupan yang lebih baik di Indonesia. Beberapa bahkan berbohong kepada anak-anak itu dengan mengatakan orang tua mereka telah meninggal dunia dan keluarga mereka tidak menginginkan mereka," kata Galuh Widanta.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com