Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Surat Terbuka Atlet Muslim AS untuk Presiden Donald Trump

Kompas.com - 22/03/2017, 08:30 WIB

Saya ada perempuan Muslim berkulit hitam yang menggeluti olahraga yang tidak populer. Dan di panggung terbesar dunia, saya menyingkirkan semua label yang melekat dan menunjukkan kepada dunia bahwa saya bisa menjadi Muslim sekaligus menjadi bangsa Amerika.

Dan, ketika saya mendengarkan Anda, saya merasa kisah yang Anda sampaikan menciptakan gambaran yang sungguh berbeda.

Anda menganggap para pengungsi yang melarikan diri dari teror adalah akar terorisme ketimbang korban dari terorisme.

Anda melihat kontribusi negara ini untuk menampung pengungsi sebagai sebuah "kesepakatan buruk", ketimbang sebuah contoh tentang bagaimana Amerika memperjuangkan sesuatu.

Anda melihat hijab yang saya kenakan sebagai tanda ancaman dan penebar ketakutan.

Anda mengatakan,"Saya pikir Islam membenci kita". Hal itu bukan hanya salah tetapi memprovokasi ketakutan dan kebencian.

Pernyataan Anda juga mendorong kekerasan terhadap Muslim dan tempat ibadah kami.

Saya yakin itu bukan niat Anda, saya tak ingin memercayai hal tersebut.

Namun, saya pikir Anda dan pemerintahan yang Anda pimpun melihat saya dan orang-orang seperti saya bukanlah bangsa Amerika tetapi sebagai "orang lain".

Larangan bagi pelancong dari negara berpenduduk Muslim dan pengungsi Suriah masuk ke Amerika menciptakan implikasi ke negara-negara lain yang tidak masuk ke dalam daftar larangan.

Implikasinya bukan hanya sekadar ada di ruang-ruang pengadilan, tetapi juga saat dalam antrean Starbucks.

Tak hanya dalam berita-berita di malam hari tetapi hal ini menjadi teror bagi anak-anak yang mempertanyakan keselamatan orangtua dan tempat tinggalnya.

Inikah yang Anda inginkan saat Anda membacakan sumpah untuk menegakkan konstitusi Amerika Serikat?

Iklim ketakutan dan kebencian yang dibakar oleh kampanye-kampanye Anda mendapatkan momentum lewat kebijakan Anda.

Sejak Anda terpilih, saya berulang kali diperiksa di bandara, wajah saya dianggap mencurigakan dan, di jalanan New York, saya diminta pulang ke negara asal saya.

Ini bukan Amerika yang saya kenal dan ini bukan Amerika yang menjadi contoh bagi dunia dalam hal inspirasi dan kepemimpian.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com