Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polisi Hongaria Siksa Pengungsi Sambil "Selfie"

Kompas.com - 06/03/2017, 13:48 WIB

BUDAPEST, KOMPAS.com - "Saat mereka memukuli kami, mereka semua tertawa. Para polisi itu, saat mereka memukuli kami, mereka ber-selfie bersama kami."

Demikianlah pengakuan Shahid Khan, seorang pencari suaka asal Pakistan yang menceritakan aksi kekerasan yang dilakukan polisi Hongaria yang menjaga perbatasan negeri mereka.

Khan mengatakan, dia diserang sebelum kemudian difoto lalu dikejar-kejar anjing-anjing polisi yang ganas.

"Mereka memperlakukan kami seperti binatang, padahal kami ini manusia," ujar Khan.

Berbagai organisasi kemanusiaan mengatakan polisi Hongaria kerap melakukan kekerasan terhadap pengungsi.

Meski telah mendapat peringatan dari PBB, tetapi pemerintah Hongaria yang berhaluan kanan seolah menutup telinga.

Farhad (34) pencari suaka asal Iran menggambarkan saat dia dan 30 orang pengungsi lainnya, termasuk perempuan dan anak-anak, dikepung polisi Hongaria setelah menerobos pagar perbatasan.

Para polisi tak berseragam itu kemudian memerintahkan mereka duduk di tanah dengan kedua tangan di kepala. Lalu dimulailah kekerasan selama dua jam.

"Saya bahkan belum pernah melihat pemukulan seperti ini di dalam film. Lima atau enam polisi  memukuli kami satu persatu sementara kedua tangan kami diikat borgol plastik," kenang Farhad.

"Mereka memukuli kami dengan menggunakan apa saja, tangan kosong, tendangan, pentungan. Mereka benar-benar melukai kami dengan parah," tambah Farhad.

"Kami bertanya mengapa mereka memukuli kami. Dan mereka hanya memerintahkan kami agar kembali ke Serbia," lanjut dia.

Farhad juga mengatakan, para polisi itu juga ber-Hongaria di saat sebagian teman-temannya memukuli pengungsi.

Ehsan (28), juga asal Iran yang juga ikut dipukuli bersama Farhad mengatakan, mereka diperintahkan untuk merayap melewati lubang yang dibuat dari kawat berduri di perbatasan Hongaria.

"Saya adalah yang terakhir melintas kembali ke Serbia dan mereka melepaskan anjing-anjing untuk mengejar saya," ujar Ehsan.

"Saat saya terjatuh dan berusaha memegang kalung anjing itu, seorang polisi menghantam wajah saya dari samping," lanjut Ehsan.

Human Right Watch (HRW) memperoleh sebuah foto yang memperlihatkan Ehsan yang terluka di dekat matanya dan wajahnya penuh memar yang baru pulih sekitar dua pekan.

Lydia Gall, peneliti HRW di Balkan dan Eropa Timur, mengatakkan, dia memperoleh sejumlah laporan yang menyebut polisi menyiksa dan merekam kekerasan terhadap para pengungsi itu.

Setelah sebuah undang-undang baru diterapkan pada Juli tahun lalu yang intinya mengatur bahwa pengungsi yang tertangkap dalam radius lima mil dari perbatasan bisa dikembalikan ke Serbia maka polisi diminta merekam aksi mereka.

"Polisi memerintahkan para pengungsi berbaris di depan kamera memegang secarik kertas berisi pengakuan bahwa mereka melintasi perbatasan Hongaria secara ilegal," ujar Gall.

"Dalam film itu, mereka diminta mengatakan polisi telah sangat membantu dan berperilaku sopan," tambah Gall.

Namun, setelah rekaman dihentikan maka banyak pengungsi mengatakan barulah kekerasan dan pemukulan dimulai.

Gall menambahkan, rekaman video itu menjadi alasan pemerintah Hongaria menolak digelarnya investigasi dalam masalah ini.

Saat cuaca ekstrem melanda Eropa pada awal 2017 dan suhu di Hongaria bisa anjlok hingga -20 derajat Celcius, bentuk penyiksaan baru muncul.

Para pengungsi mengatakan, polisi akan mengambil air minum mereka lalu membuangnya sebelum membiarkan para pengungsi kedinginan di tengah salju.

Bahkan tak jarang baju hangat, sepatu, dan pakaian mereka juga dirampas polisi.

"Beberapa kali kami dapati beberapa orang muncul di Serbia tanpa pakaian selembar pun," kata Gall.

Ratusan ribu pengungsi melintasi perbatasan Hongaria dalam upaya mereka meninggalkan Yunani menuju Eropa Barat, tetapi beberapa negara dengan pemerintahan sayap kanan tak segan memerpanjang penderitaan mereka.

Ribuan personel dikerahkan untuk menjaga perbatasan Hongaria-Serbia yang memiliki panjang  lebih dari 150 kilometer.

Tentara mendirikan pagar kawat berduri setinggi enam meter dan dialiri arus listrik tegangan tinggi.

Selain itu, pasukan perbatasan dilengkap berbagai peralatan sensor dan kamera, serta pengeras suara untuk menyampaikan pesa dalam bahasa Inggris, Arab, dan Persia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com