Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Bedanya Ekspatriat dengan Pengungsi atau Imigran?

Kompas.com - 21/02/2017, 11:01 WIB

KOMPAS.com - Banyak yang menilai, tidak hanya para eksekutif dan pekerja profesional yang harus dipanggil ekspatriat atau ekspat.

Pembantu rumah tangga dan pekerja kelas menengah bawah lainnya juga. Lalu apa sebenarnya ekspat itu? Apa bedanya dengan imigran?

Istilah ekspatriat memiliki beragam makna. Banyak konotasi dan asumsi tentang kelas ekonomi dan pendidikan yang dibawanya.

Lalu apa yang membuat seseorang dipanggil ekspatriat, sementara orang lainnya dipanggil pekerja asing atau migran?

Ekspatriat kerap digunakan untuk menyebut seorang pekerja asing berpendidikan tinggi dan kaya.

Sementara dua istilah lainnya cenderung untuk menggambarkan pekerja kelas menengah ke bawah. Misalnya tenaga kerja asing di negara-negara Timur Tengah.

Terminologi pekerja asing atau migran ada dan digunakan untuk tujuan yang lebih politis, untuk memberikan sentimen negatif atas posisi mereka di sebuah negara.

Ketakutan terkait keamanan profesi dan sentimen-sentimen yang meliputi masalah imigrasi dan nasionalisme, memunculkan diskusi di berbagai penjuru dunia terkait siapa yang masuk kategori mana.

Namun, kunci membicarakan hal ini adalah bahwa kita sedang mengelompokkan orang-orang yang keluar dari negaranya untuk mencari pekerjaan.

Di Inggris dan Amerika, imigrasi dan perpindahaan pekerja antar negara adalah dua isu politik penting pada 2016.

Di Inggris, masalah ini digunakan sebagai senjata untuk kampanye 'Leave' atau meninggalkan Uni Eropa dalam referendum.

Sementara, masalah pekerjaan dan imigrasi menjadi kunci penting suksesnya kampanye Donald Trump pada kampanye Pilpres AS tahun 2016.

Perlunya kejelasan

Dr Yvonne McNulty dan Chris Brewster adalah dua akademisi yang berusaha untuk mengelompokkan orang dalam definisi tersebut.

"Ini tidak ada kaitannya dengan warna kulit atau berapa jumlah gaji yang mereka terima," kata McNulty, peneliti ekspat di sekolah sains sosial Universitas SIM di Singapura.

"Apakah pembantu rumah tangga asing itu ekspat? Iya. Apakah tukang bangunan asing yang bekerja di bidang konstruksi, ekspatriat? Iya," katanya.

Ekspatriat di bidang bisnis, katanya, adalah pekerja asing resmi yang tinggal secara sementara di negara di mana mereka bukanlah warga negara. Tujuannya untuk mencapai target karier.

Namun, dalam praktiknya, bukan seperti itulah masyarakat memaknai panggilan ekspatriat, kata Brewster dari Sekolah Bisnis Henley, Inggris.

"Baik orang berpendidikan maupun orang kebanyakan, ekspat dihat sebagai orang asing yang kaya, berpendidikan dan elit," katanya.

"Sementara yang lainnya mereka sebut sebagai imigran atau pengungsi. Namun, secara logika ini tidak tepat."

Padahal jumlah yang tidak masuk dalam 'kategori' ekspatriat oleh kebanyak orang itu, tidaklah sebanyak mereka yang dibilang migran atau pengungsi.

“Jika mereka sudah mendalami arti semua itu, mereka akan memanggilnya sama; pengungsi, termasuk bagi yang sebelumnya dipanggil ekspat," ia menambahkan.

Salah paham

Brewster menegaskan, jika berfokus pada terminologi migran, itu ditujukan pada "orang yang ingin tinggal di sebuah negara dalam jangka waktu panjang, tetapi dia tak diizinkan. Mereka harus kembali pulang ke negara asalnya jika misinya sudah selesai," katanya.

Apakah seseorang bisa disebut ekspatriat atau tidak, tidaklah bergantung pada negara asalnya - tetapi lebih kepada motivasinya pindah ke luar negeri, kata Malte Zeeck, CEO organisasi InterNations, organisasi ekspatriat terbesar di dunia.

"Memanggil seorang orang asing sebagai ekspatriat tidak lah berpengaruh pada kondisi politik dan sosioekonomi," katanya.

Dengan memaknai ekspatriat seperti apa yang diyakini sebagain besar orang saat ini, "tinggal di luar negeri lebih kepada pilihan gaya hidup, tidak karena paksaan himpitan ekonomi atau karena ditindas di negara asalnya," kata Zeeck.

"Itulah yang membedakan mereka dengan pengungsi atau migran karena alasan ekonomi. Namun, mencari arti ekspatriat sebenarnya, adalah hal yang berbeda,” kata Zeeck.

"Migran biasanya didefinisikan sebagai orang yang pindah ke negara lain untuk menetap selamanya di sana. Sementara ekspat pindah ke negara lain untuk jangka waktu terbatas, yang mungkin belum ditentukan," katanya.

Namun, dengan semakin derasnya globalisasi, dan cara orang berpindah di bumi ini terus berubah cepat, seakan bumi tanpa batas, pengertian tersebut tentu harus dilihat lagi dan mungkin diganti.

Mengukur dampaknya

Mengubah definisi adalah satu hal, tapi tetap ada perbedaan yang mencolok terkait kondisi pekerjaannya.

Contohnya, jika kita membandingkan seorang bankir di Jenewa, dengan pekerja konstruksi di Qatar.

Misalnya, organisasi HAM, Amnesty International mengklaim bahwa pekerja bangunan di Qatar, yang sedang bergiat membangun stadion untuk Piala Dunia 2022, para tukang bekerja dengan kondisi buruk. Gaji mereka tak dibayarkan. Bahkan paspor mereka ditahan.

Dengan munculnya kontroversi itu, Qatar telah menghentikan sistem kontroversial 'kafala', yang memaksa pekerja asing harus meminta izin terlebih dahulu kepada induk semangnya, jika ingin berganti pekerjaan atau meninggalkan negara itu.

Meski sudah ada perbaikan di Qatar, di Brazil, misalnya, masih ada celah hak dan gaji cukup besar antara mereka yang dipanggil ekspat dan mereka dengan terminologi lainnya.

Namun, apapun motivasinya, mayoritas kita berpindah ke negara lain untuk memperbaiki kehidupan. Apakah itu berujung dengan memperbaiki kehidupan ekonomi atau hanya pengalaman hidup, kata Zeeck.

"Kita berupaya untuk membantu memperbaiki dunia ini," katanya, "Bagaimana kita mendefinisikannya itu amatlah penting."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com