Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden AS Ini Nyaris Dipenggal Jepang di Perang Dunia II

Kompas.com - 06/02/2017, 22:43 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Mantan presiden AS George HW Bush nyaris tewas dipenggal pasukan Jepang ketika pesawatnya ditembak jatuh di Samudera Pasifik dalam Perang Dunia II.

Kisah ini terungkap dalam sebuah buku berjudul The Flyboys, karya James Bradley, anak salah satu anggota marinir yang mengibarkan bendera AS di Pulau Iwo Jima.

George HW Bush, waktu itu berpangkat letnan dan baru berusia 20 tahun, adalah satu dari sembilan penerbang yang selamat setelah pesawat mereka ditembak jatuh usai melakukan pengeboman di Chichi Jima.

Chichi Jima adalah sebuah pulau kecil berjarak sekitar 1.120 kilometer sebelah selatan Tokyo pada September 1944.

Dari sembilan penerbang itu, delapan di antaranya bernasib buruk setelah diajukan ke pengadilan militer Jepang.

Bradley memaparkan, kedelapan orang itu disiksa, dipukuli, dan kemudian dieksekusi dengan cara dipenggal, ditusuk bayonet, atau bambu runcing.

Empat penerbang dibunuh oleh tim dokter bedah di pulau Chichi Jima dan hati serta daging paha mereka disantap beberapa perwira senior Jepang.

Nah, Bush lolos dari maut karena pesawatnya jatuh di sisi pulau yang lebih jauh dibanding kedelapan penerbang lainnya itu.

Bush kemudian berhasil menemukan dan naik ke atas sebuah perahu penyelamat. Saat hendak ditangkap kapal patroli Jepang, pesawat-pesawat AS melepaskan tembakan dan mengusir pasukan Jepang.

Akhirnya, Bush senior diselamatkan sebuah kapal selam angkatan laut Amerika Serikat, USS Finback.

Bush mengatakan, saat melihat haluan USS Finback muncul ke permukaan laut, dia merasa seperti berhalusinasi.

Dalam kondisi terluka di kepala serta dicekam ketakutan, Bush hanya mengatakan sepenggal kalimat kepada para penyelamatnya.

"Senang bisa naik ke kapal ini," ujar Bush.

Peran Bush dalam pengeboman yang kemudian memberinya sebuah penghargaan, sudah banyak diketahui warga AS.

Hal yang baru diketahui adalah nasib buruk rekan-rekan Bush yang tertangkap atau tenggelam saat berusaha berenang ke daratan.

Bradley menggambarkan nasib buruk para penerbang AS itu berdasarkan transkrip pengadilan yang diperolehnya dari seorang mantan perwira Jepang dan seorang pengacara yang menjadi saksi saat itu.

Operator radio, Marve Mershin, digiring ke sebuah lubang kuburan yang baru saja digali dengan mata tertutup.

Dia kemudian diperintahkan berlutut untuk dipenggal. Momen itu disaksikan seorang prajurit Jepang bernama Ishikawa.

"Saat pedang dihunjamkan ke lehernya, dia (Marve) tak berteriak, hanya sedikit erangan," ujar Ishikawa.

Hari berikutnya, seorang perwira Jepang, Mayor Sueo Matoba, memutuskan untuk memasukkan daging orang Amerika dalam sebuah pesta sake untuk para perwira tinggi termasuk komandan tertinggi Jenderal Yoshio Tachibana.

Mayor Sueo Matoba dan Jenderal Yoshio Tachibana nantinya akan diadili karena melakukan kejahatan perang dan akhirnya dieksekusi.

Saat-saat menjelang pesta itu dikenal seorang staf medis militer Jepang yang ikut menyiapkan resep makanan yang akan disajikan.

"Dr Teraki memotong dada orang itu dan mengambil hatinya. Saya mengambil sepotong daging dari paha penerbang itu, sekitar tiga kilogram dengan lebar sekitar 8 cm dan panjang 30 cm," kenang prajurit itu.

Penerbang lainnya, Floyd Hall, mengalami nasib serupa. Laksamana Kinizo Moru, perwira angkatan laut senior di Chichi Jima memaparkan situasinya dalam sidang militer.

Dia menyatakan, Mayor Matoba membawa makanan ke pesta itu, termasuk sajian istimewa, hati Floyd Hall.

"Saya tusuk hatinya dengan bambu dan memasaknya dengan dilumuri kecap serta sayuran," kata Mori menirukan perkataan Matoba.

Laksamana Mori mengatakan, mereka kemudian menyantap hati Floyd Hall karena yakin hati manusia "adalah obat terbaik bagi perut".

Korban ketiga adalah Jimmy Dye. Dia sempat dijadikan penerjemah selama beberapa pekan. Lalu, Kapten Shizuo Yoshii ingin agar hati Jimmy disajikan dalam sebuah pesta untuk para perwira.

Bagian tubuh dari penerbang keempat, Warren Earl Vaughn juga disajikan untuk disantap para perwira Jepang itu.

Sedangkan keempat penerbang yang lain akhirnya dieksekusi, dengan salah satu dari mereka dipukuli hingga tewas.

Orangtua para penerbang itu semuanya sudah meninggal dunia, tetapi Bradley menghubungi kerabat para penerbang yang masih hidup.

"Reaksi pertama mereka adalah sebuah keterkejutan. Namun, saya kira akhirnya mereka mengetahui bagaimana kerabat mereka meninggal dunia, meskipun sangat mengerikan," ujar Bradley.

"Para keluarga ini menganggap mengetahui bagaimana kedelapan orang itu meninggal justru menyembuhkan luka mereka," tambah Bradley.

George HW Bush kembali ke Chichi Jima untuk pertama kalinya sejak dia diselamatkan kapal selam sebagai bagian dari sebuah film dokumenter produksi CNN.

Bush mengingat, saat di dalam kapal selam dia merenung dan bertanya kepada dirinya sendiri mengapa dia selamat.

"Mengapa saya diselamatkan dan apa yang diinginkan Tuhan dari diri saya? Menurut saya ada semacam takdir dan saya diselamatkan untuk sesuatu yang lain," ujar Bush.

"Dan saya, selalu memikirkan kedelapan rekan saya itu," tambah Bush kepada Bradley.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com