Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Trump Mungkin Bakal Aktifkan Lagi "Black Site" CIA di Luar Negeri

Kompas.com - 26/01/2017, 07:10 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, diperkirakan bakal mengeluarkan perintah untuk membuka kembali program Badan Intelijen Pusat (CIA) dalam menginterogasi tersangka teroris di penjara-penjara rahasia (black site) di luar negeri.

Dua pejabat AS mengungkapkan hal itu pada Rabu (25/1/2017) di Washington DC, sebagaimana dirilis Reuters pada Kamis (26/1/2017) ini. 

Penjara rahasia itu biasanya melakukan interogasi dengan menggunakan teknik yang dikecam sebagai penyiksaan.

Penjara rahasia digunakan untuk menahan para tersangka yang ditangkap dalam "perang melawan terorisme" masa Presiden George W Bush setelah serangan 11 Septemner 2001 (nine eleven).

Namun, penjara rahasia itu telah ditutup pada masa pemerintahan Presiden Barack Obama.

Black site adalah penjara rahasia yang dimiliki CIA. Penjara tersebut menjadi tempat untuk menahan dan menyiksa para tahanan yang biasa disebut ghost prisoner.

Semua taktik anti-terorisme masa Bush itu, seperti penjara rahasia dan metode dibenamkan di dalam air (waterboarding) yang menurut hukum internasional sebagai penyiksaan akan diterapkan.

Ketikan penjara rahasia diaktifkan lagi, Trump mungkin takkan melibatkan sekutu-sekutu AS  dalam memerangi kelompok teror seperti Al Qada dan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Pada masa Obama, larangan penerapan penyiksaan dan upaya menutup penjara Guantanamo, Kuba, penting demi meningkatkan kerjasama kontraterorisme dengan sekutu AS di dunia Arab.

Obama sendiri dan para pejabat lainnya mengecam simulasi atau metode waterboarding yang memang telah lama amat dikecam oleh banyak negara di dunia.

Para pejabat mengatakan, Trump diharapkan akan menandatangani sebuah kesepakatan tingkat tinggi dalam beberapa hari ke depan.

Trump meminta peninjauan kembali "apakah program interogasi terhadap orang asing yang menjadi tersangka teroris di luar AS  akan diberlakukan".

Juga, apakah CIA perlu mengoperasikan kembali fasilitas penjara rahasia, sebagaimana tertuang dalam salingan rancangan perintah tersebut yang diterbitkan Washington Post.

Dokumen menyulut kemarahan bipartisan di Kongres. Banyak orang di badan-badan intelijen AS dan di lingkungan militer menentang pembukaan kembali program interogasi yang telah dikecam banyak negara dan juga di dalam negeri tersebut.

Juru bicara Gedung Putih, Sean Spicer, mengatakan, rancangan itu bukan dokumen Gedung Putih. Draft diterbitkan Washington Post tidak utuh dan bukan merupakan bagian versi lengkap yang siap ditandatangani Trump.

Penjara rahasia AS itu sebelumnya berada di Polandia, Lithuania, Rumania, Thailand, dan Afganistan.

Pada 2006, Bush mengakhiri penggunaan teknik interogasi yang keras dan menutup semua black site kecuali satu yang berada di Kabul.

Dua pejabat AS tersebut mengatakan, Trump diperkirakan dalam beberapa hari ke depan akan menandatangani perintah yang bertajuk "Penahanan dan Interogasi terhadap Petempur Musuh".

Trump selama masa kampanye Pilres AS tahun lalu mengatakan, ia tetap ingin membiarkan penjara Guantanamo dibuka.

Dari 41 tahanan yang tersisa di Guantanamo, 10 menghadapi tuduhan terkait kejahatan perang,  termasuk Khalid Sheikh Mohammed, yang dituduh mendalangi serangan nine eleven.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com