Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Meth, Shabu, Ice, Crystal

Kompas.com - 08/12/2016, 13:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

Ketika saya bertemu Rey untuk pertama kalinya, dua bulan sebelumnya, dia tampak kurus dan lesu - tanda-tanda dari seseorang yang kecanduan sabu-sabu. Namun kali ini, dia terlihat lebih sehat dan kulitnya kecoklatan.

"Ini gen saya, saya memang berbadan kecil sejak dulu. Tapi karena sekarang saya sudah memiliki bayi berumur lima bulan (dia dan ibu dari bayi tersebut belum menikah), saya bertekad untuk meninggalkan semua kelakuan buruk yang saya telah lakukan. Saya tidak memiliki mimpi untuk hidup saya. Saya hanya ingin memastikan anak saya memiliki masa depan yang lebih baik daripada saya. "

Meski tidak lulus SMA, Rey memahami nilai-nilai dari sebuah keluarga yang solid. Dia tumbuh besar bersama orang tua serta ketiga saudara kandungnya yang terus merawatnya sampai sekarang.

"Ibu saya bekerja sangat keras di sebuah salon kecantikan lokal. Namun dia masih membuatkan saya sarapan, makan siang dan makan malam setiap harinya dan selalu memberi saya uang. Saya sangat berhutang budi pada orang tua saya."

Dia pun mengaku orang tuanya tidak tahu bahwa dia sebelumnya adalah pecandu narkoba walaupun mereka tinggal bersama dalam sebuah rumah kumuh yang kecil dan hanya berukuran kurang dari 10 meter persegi. Dia sangat takut terhadap ayahnya dan malu jika orang tuanya sampai mengetahui hal tersebut.

Orang-orang yang mendukung perang Duterte atas narkoba sering memiliki pandangan yang sangat hitam dan putih terhadap situasi tersebut. Narkoba sangat jahat dan harus dihentikan dengan segala cara. Namun jika melihat mata Rey yang tampak lesu, saya mulai menyadari bahwa masih banyak “abu-abu” dalam masalah yang rumit ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com