Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karim Raslan
Pengamat ASEAN

Karim Raslan adalah kolumnis dan pengamat ASEAN. Dia telah menulis berbagai topik sejak 20 tahun silam. Kolomnya  CERITALAH, sudah dibukukan dalam "Ceritalah Malaysia" dan "Ceritalah Indonesia". Kini, kolom barunya CERITALAH ASEAN, akan terbit di Kompas.com setiap Kamis. Sebuah seri perjalanannya di Asia Tenggara mengeksplorasi topik yang lebih dari tema politik, mulai film, hiburan, gayahidup melalui esai khas Ceritalah. Ikuti Twitter dan Instagramnya di @fromKMR

Meth, Shabu, Ice, Crystal

Kompas.com - 08/12/2016, 13:22 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorTri Wahono

Meth. Shabu. Ice. Crystal. Terserah bagaimana Anda hendak menamakannya, yang jelas saat ini harga barang-barang tersebut di jalanan kota Manila sudah jatuh.

Satu bungkus yang biasanya dibagi menjadi tiga bagian, jika dulu harganya hampir 500 peso (10 dollar AS) sekarang hanya sekitar 200 peso (4 dollar AS).

Seperti dalam acara televisi, Breaking Bad, di mana sabu-sabu sering "dimasak" di dalam laboratorium sementara, obat ini terbuat dari kombinasi aneka bahan kimia yang umumnya berasal dari limbah beracun.

Ini termasuk aseton - bahan utama dalam pengencer cat – dan lithium - logam yang sangat korosif dan eksplosif yang ditemukan dalam baterai.

Bagaimana obat tersebut dikonsumsi? Kristal-kristal itu ditempatkan di atas kertas timah dan kemudian dipanaskan dari bawah. Kristal-kristal itu kemudian akan mencair dan menghasilkan asap yang akan dihirup secara langsung oleh pengguna.

Menurut Rey (bukan nama aslinya), seorang mantan pengguna sabu-sabu dari Santa Ana - sebuah kota di wilayah Metro Manila - obat tersebut memberi efek “high” yang sangat kuat bersamaan dengan pelepasan dopamin di otak kita.

Dampak negatif dari penggunaan sabu-sabu yang berkepanjangan pastinya sangatlah besar, tidak hanya memunculkan masalah pada gigi, tapi lebih parahnya bisa menyebabkan stroke hingga gangguan jiwa.

Rey adalah seorang pengemudi becak taksi berusia 19 tahun. Penghasilannya 300 peso setiap hari setelah bekerja dari siang sampai jam 7 malam. Hingga beberapa bulan yang lalu, dia memiliki pekerjaan sampingan sebagai “runner” – yang mengantarkan sabu-sabu ke pelanggan dan sekaligus mendapatkan bagiannya sebagai upahnya.

KARIM RASLAN Seorang pengemudi becak dan becak taksi terlihat mengendarai kendaraannya di tengah hujan di Quiapo, Manila.
Pada masa sebelumnya, sabu-sabu dijual dengan sangat terbuka (seperti dalam film nominator Festival Cannes, Ma Rosa yang disutradarai oleh orang Filipina, Brillante Mendoza, dan memenangkan Palme d’Or bagi aktrisnya, Jacylin Jose), proses transaksinya bahkan dilakukan di toko makanan lokal.

Seperti kebanyakan orang, Rey mengonsumsi narkoba untuk melarikan diri dari realita kemiskinan yang dialaminya. Meski saat ini, dia tak lagi menggunakan “hiburan” itu.
“Saya berhenti mengonsumsi sabu-sabu ketika (Rodrigo) Duterte menjadi Presiden. Saya sangat takut. Saya tahu dia serius dan saya belum ingin mati.”

Rey bukan satu-satunya yang ketakutan. Pengedar narkoba yang dulunya berada dimana-mana di sepanjang jalan kawasan tempat tinggalnya, tiba-tiba tidak ditemukan lagi. Sebagian besar pengguna narkoba di lingkungannya telah menyerahkan diri untuk melakukan rehabilitasi karena takut dieksekusi oleh pihak yang tidak dikenal.

"Salah satu teman saya yang masih pengguna telah dibunuh minggu lalu. Mereka menggerebek rumahnya pada jam dua pagi dan menembaknya. Mereka memakai penutup muka dan pakaian normal. Semua orang berpikir itu adalah aksi polisi tetapi kita tidak tahu. Kita semua terlalu takut untuk mencari tahu. Bayangkan, orang-orang tak dikenal masuk ke rumah kita dan menembak siapa pun yang mereka inginkan."

Ketika ditanya apakah dia setuju dengan dukungan yang diberikan Duterte atas tindakan hukuman tersebut, Rey mengatakan "Tidak, ini terlalu kejam. Kami seharusnya mengirimkan orang-orang itu ke rehabilitasi. Orang-orang lebih baik dipenjara daripada dibunuh. Hanya kita, orang-orang kecil yang menjadi sasaran: bukan ikan besar."

Mengunjungi lingkungan tempat tinggal Rey pada suatu malam, saya pun merasakan suasana yang mencekam karena kami melewati banyak kamera CCTV yang dipasang di setiap persimpangan. Dengan banyaknya para informan dan polisi berpakaian normal seperti rakyat biasa, jalan-jalan di Metro Manila telah menjadi tempat yang penuh ketidakpastian, ketidakpercayaan antara satu dengan lainnya, dan kematian.

KARIM RASLAN Rumah kumuh dekat Sungai Pasig tampak berdiri di ibukota Filipina.
Dari hasil pantauan LSM lokal terhadap banyaknya peristiwa pembunuhan di Filipina, mereka memperkirakan hampir 4.000 orang telah dieksekusi. Angka sebenarnya sulit untuk dipastikan. Polisi mengklaim lebih dari 2.000 orang telah meninggal, sedangkan pemberitaan media lokal menyebutkan telah terjadi lebih dari 3.800 peristiwa pembunuhan vigilante yang telah mengakibatkan lebih dari 5.800 orang meninggal sampai 3 Desember.

Ketika saya bertemu Rey untuk pertama kalinya, dua bulan sebelumnya, dia tampak kurus dan lesu - tanda-tanda dari seseorang yang kecanduan sabu-sabu. Namun kali ini, dia terlihat lebih sehat dan kulitnya kecoklatan.

"Ini gen saya, saya memang berbadan kecil sejak dulu. Tapi karena sekarang saya sudah memiliki bayi berumur lima bulan (dia dan ibu dari bayi tersebut belum menikah), saya bertekad untuk meninggalkan semua kelakuan buruk yang saya telah lakukan. Saya tidak memiliki mimpi untuk hidup saya. Saya hanya ingin memastikan anak saya memiliki masa depan yang lebih baik daripada saya. "

Meski tidak lulus SMA, Rey memahami nilai-nilai dari sebuah keluarga yang solid. Dia tumbuh besar bersama orang tua serta ketiga saudara kandungnya yang terus merawatnya sampai sekarang.

"Ibu saya bekerja sangat keras di sebuah salon kecantikan lokal. Namun dia masih membuatkan saya sarapan, makan siang dan makan malam setiap harinya dan selalu memberi saya uang. Saya sangat berhutang budi pada orang tua saya."

Dia pun mengaku orang tuanya tidak tahu bahwa dia sebelumnya adalah pecandu narkoba walaupun mereka tinggal bersama dalam sebuah rumah kumuh yang kecil dan hanya berukuran kurang dari 10 meter persegi. Dia sangat takut terhadap ayahnya dan malu jika orang tuanya sampai mengetahui hal tersebut.

Orang-orang yang mendukung perang Duterte atas narkoba sering memiliki pandangan yang sangat hitam dan putih terhadap situasi tersebut. Narkoba sangat jahat dan harus dihentikan dengan segala cara. Namun jika melihat mata Rey yang tampak lesu, saya mulai menyadari bahwa masih banyak “abu-abu” dalam masalah yang rumit ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com