Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Renzi Letakkan Jabatan, Uni Eropa Bergolak

Kompas.com - 05/12/2016, 18:47 WIB

VIENNA, KOMPAS.com – Kekalahan kandidat populis kanan, Norbert Hofer, dalam Pemilu Austria gagal mengusir kegelisahan yang muncul setelah PM Italia, Matteo Renzi, juga mundur.

Kini Eropa menghadapi masa ketidakpastian ketika akan masuk ke tahun 2017, sebagaimana dilaporkan media Jerman, Deutche Welle, Senin (5/12/2016).

Akhir Agustus silam pulau Ventotene di lepas pantai Napoli, Italia, riuh oleh kedatangan tiga pembesar Eropa.

Di depan makam Altiero Spinelli, salah seorang bapak pendiri Uni Eropa, ketiganya berikrar persatuan setelah Inggris memilih hengkang (Brexit).  

Mereka adalah Presiden Perancis Francois Hollande, PM Italia Matteo Renzi, dan Kanselir Jerman Angela Merkel. "Ini adalah awal bagi Eropa yang baru," kata Merkel saat itu.

Tiga bulan setelah pertemuan simbolik itu, Eropa kembali terseret di jurang perpecahan yang sama.

Hollande menyatakan tidak akan mencalonkan diri lagi dalam pemilu Perancis. Kini Matteo Renzi harus lengser setelah kalah dalam referendum.

Karir demi gagasan

Renzi mempertaruhkan karir politiknya dalam referendum yang diniatkan untuk mengebiri kekuasaan Senat dan memperkuat eksekutif.

Sejak kejatuhan rezim fasis Benito Mussolini pada tahun 1945, Italia menyerahkan kekuasaan absolut pada dua kamar legislatif.

Meski demokratis, sistem tersebut membuat negara ekonomi terbesar ketiga di Uni Eropa itu menjadi lambat dan imun terhadap perubahan.

"Pengalaman saya di pemerintahan berakhir di sini," kata Renzi sebagaimana dilaporkan Agence France-Presse, Senin (5/12/2016) sore.

"Saya telah mengupayakan segalanya untuk memenangkan referendum. Jika Anda bertempur demi sebuah gagasan, Anda tidak boleh kalah," katanya.

Kepergian Hollande dan Renzi dikhawatirkan bakal menjadi kesempatan buat kaum populis kanan untuk merebut kuasa di dua negara berpenduduk terbesar di Eropa.

Bahkan kekalahan kandidat populis kanan Austria, Norbert Hofer, dalam pemilu kepresidenan gagal mengusir gelisah yang kian menguat setelah Brexit.

Hasil perhitungan pada Senin ini atas hasil pemungutan suara pada Minggu (4/12/2016) menunjukkan bahwa Hofer kalah dari Alexander Van der Bellen, dari Partai Hijau.

Van der Bellen menyebut kemenangannya untuk Austria yang "pro-Eropa" berdasarkan "kebebasan, kesetaraan, dan solidaritas" seperti BBC News.

Perancis saat ini kian bergeser ke kanan dengan kebangkitan Partai Les Républicains yang konservatif dan terutama Front National yang anti Eropa.

Sementara di Italia, kemenangan kelompok anti amandemen konstitusi ikut mengangkat popularitas Lega Nord dan Gerakan Bintang Lima - dua kelompok populis kanan terbesar.

Merkel digoyang

Eropa kini menggantungkan harapan pada Merkel. Sebab itu pula dia berniat mencalonkan diri untuk masa jabatan ke-empat.

"Dia bangkit lagi karena melihat bagian terbesar warisan politiknya sedang terancam," kata Jürgen Falter, Professor Politik di Universitas Mainz kepada Financial Times.

 "Dia memahami tugasnya sebagai pemimpin dunia," kata Falter.

Namun, di dalam negeri pun Merkel mulai digoyang ihwal kebijakannya menampung satu juta pengungsi. Kini peluangnya untuk mencalonkan diri terus menipis.

Tahun 2017 akan menjadi tahun penentuan. Karena saat itulah Jerman, Perancis, dan Italia akan menggelar pemilihan umum yang bakal menggariskan masa depan Uni Eropa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com