Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Khanzir, Satu-satunya Babi di Afganistan

Kompas.com - 04/11/2016, 11:21 WIB

KABUL, KOMPAS.com - Khanzir sangat suka berbaring di bawah hangatnya sinar matahari. Dia senang menghabiskan waktu di rerumputan sepanjang hari dan menyapa orang yang melihatnya.

Khanzir sadar dirinya sangat populer dan banyak orang yang datang dari berbagai sudut Afganistan hanya untuk melihat sosoknya.

Siapa sebenarnya Khanzir? Dia adalah satu-satunya babi yang hidup di Afganistan. Status itulah yang membuatnya sangat terkenal.

Di Afganistan, seperti halnya di berbagai negara Islam lainnya, daging babi tidak dikonsumsumsi karena dinyatakan haram.

Bahkan, warga Afganistan yakin menyentuh hewan itu sama haramnya dengan menyantap dagingnya. Alhasil, tak ada seekor babi pun yang berkeliaran di negeri tersebut.

Selain itu, wilayah Afganistan yang didominasi pegunungan memang tidak cocok untuk melihara hewan ini.

"Hampir semua penduduk Afganistan belum pernah melihat wujud seekor babi dalam hidup mereka," kata Aziz Gul Saqib, direktur kebun binatang Kabul.

Di tempat inilah, Khanzir yang berusia 14 tahun hidup di dalam sebuah kandang berumput yang dilengkapi sebuah kolam kecil serta sebuah tempat berteduh mungil.

Namun Khanzir yang artinya adalah "babi" dalam bahasa Pashto, salah satu bahasa nasional Afganistan, tak selalu menjadi yang satu-satunya di kebun binatang tersebut.

"Dia datang ke kebun binatang Kabul pada 2002 sebagai hadiah dari China, bersama seekor babi betina dan sepasang beruang coklat," kata Saqib.

Kabar yang beredar dari masa yang sama menyebutkan bahwa saat itu datang juga dua ekor singa, dua ekor kijang, dan seekor serigala.

Beberapa tahun setelah tiba di Kabul, Khanzir dan pasangannya, memiliki beberapa ekor anak. Namun, keluarga babi itu tercerai berai akibat tragedi pada 2006.

"Staf pengurus hewan kami saat itu masih baru dan tak terlatih. Satu hari, seorang staf tak sengaja membiarkan pintu kandang beruang coklat terbuka dan salah satu beruang itu masuk ke kandang babi," kenang Saqib.

Beruang itu menyerang keluarga Khanzir dan memangsa anak-anaknya. Beruntung staf kebun binatang tiba tepat waktu untuk menyelamatkan Khanzir dan pasangannya.

Namun, pasangan Khanzir mengalami luka cukup parah dan akhirnya mati tak lama kemudian. Alhasil, tinggal Khanzir yang selamat dan dia kini menjadi satu-satunya babi di Kabul dan bahkan di Afganistan.

Kini, Khanzir mungkin kesepian tetapi dia tak selalu sendirian. Dia membangun sebuah hubungan khusus dengan perawatnya, yang memberinya makan dan membersihkan kandangnya.

"Dia tak banyak bergerak belakangan, tetapi dia sangat gembira bila melihat saya, karena dia tahu saya membawakan makanan," kata Shah Barat, salah seorang star senior kebun binatang Kabul.

Saat ditanya apakah mengurus seekor babi bertentangan dengan kepercayaannya sebagai Muslim, Barat dengan tengah mengatakan hal tersebut tak berkaitan dengan ajaran agamanya.

"Memang, babi diharamkan, tetapi babi bukan hal yang buruk. Ini kebun binatang, jadi memang sudah seharusnya menjadi tempat hewan. Selain itu, Khanzir adalah hewan tak berdosa, seperti semua hewan," ujar Barat.

"Memang dia sangat kotor, tetapi dia adalah tanggung jawab kami," tambah Barat.

Meski demikian banyak penentang keberadaan Khanzir, terutama pada 2009 ketika wabah flu babi merebak di seluruh dunia.

Pemerintah Afhanistan khawatir wabah penyakit itu akan merebak di negeri tersebut dan mereka mulai mengawasi satu-satunya babi di negeri itu, Khanzir.

Saat berita soal flu burung semakin ramai, warga Afganistan mulai menyerukan agar Khanzir disingkirkan. Namun, Saqib dan staf kebun binatang tidak mengindahkan desakan tersebut.

"Meski Khanzir sangat sehat, kami harus mengkarantina dia selama beberapa pekan," kenang Saqib.

Langkah itu, lanjut dia, untuk menenangkan masyarakat sekaligus melindungi Khanzir dari masalah.

"Dia sangat istimewa bagi kami, seperti halnya hewan-hewan lain di tempat ini. Khanzir adalah teman saya. Saya sangat sedih jika terjadi apa-apa terhadap dia," ujar Barat.

Selain masalah flu babi, sejauh ini tak ada penolakan atau masalah apapun terkait keberadaan Khanzur. Dan bahkan, pihak kebun binatang ingin mendatangkan beberapa ekor babi lagi untuk tujuan edukasi.

"Kami yakin warga dan pelajar harus bisa mempelajari semua hal tentang hewan, termasuk babi," kata Najibullah Nazari, kordinator pendidikan di kebun binatang itu.

Dan, pernyataan Najibullah itu diamini para pengunjung kebun binatang yang mampir di kandang Khanzir.

"Melihat seekor babi sungguh sebuah pengalaman menyenangkan bagi saya, karena saya belum pernah melihat babi sebelumnya," kata seorang pengunjung bernama Asif.

Di usianya yang semakin menua, Khanzir kini lebih banyak menghabiskan harinya dengan berbaring di dalam kandang dan sesekali "menyapa" para pengunjung.

Pengelola kebun binatang sebenarnya ingin mencarikan teman untuk Khanzir, tetapi hal tersebut belum akan terwujud dalam waktu dekat.

"Kami meminta negara lain untuk membantu menambah populasi kebun binatang ini dengan berbagai spesies hewan, termasuk babi. Namun, kami belum mendapatkan komitmen dari manapin untuk mengirimkan seekor babi sebagai teman Khanzir," ujar Saqib.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com