Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Swedia Menjadi Eksportir Ekstremis Terbesar di Eropa?

Kompas.com - 08/10/2016, 10:52 WIB

Kota itu adalah salah satu yang memiliki penduduk yang paling beragam di Swedia. Sepertiga penduduknya berlatar belakang imigran, sebagian besar Muslim, dan di Angered, di kawasan pinggiran sebelah timur laut, proporsinya bahkan meningkat menjadi lebih 70 persen.

Kelangkaan perumahan di Swedia dan sulitnya mendapatkan rumah susun dengan sistem sewa yang dikendalikan untuk pusat kota menyebabkan kebanyakan pendatang baru tinggal di daerah ini, termasuk sebagian dari 160.000 orang yang mendapatkan suaka di Swedia tahun lalu.

Kawasan pinggiran Angered adalah tempat yang sulit untuk diamankan.

Sebagian daerahnya digolongkan "peka", begitulah istilah polisi Swedia, yang mengisyaratkan sering terjadinya pelanggaran hukum dan ketidakteraturan.

Saya diberi tahu bahwa sejumlah tokoh agama berusaha menerapkan syariah Islam. Mereka diduga melecehkan dan mengintimidasi penduduk, sebagian besar wanita, terkait dengan cara berpakaian dan karena mereka menghadiri pesta dengan alunan musik dan para tamu menari.

Mereka mengharamkan kegiatan seperti ini.

Sementara itu, dua pertiga anak-anak putus sekolah pada usia 15 tahun dan tingkat penganggurannya mencapai 11 persen, cukup tinggi berdasarkan standar Swedia. Mereka adalah anak-anak muda rapuh yang menjadi sasaran para ekstremis.

Ketidakpuasan

Seorang pemuda dengan suara lembut, sebut saja bernama Imran, mengatakan kepada saya bahwa kelompok garis keras yang melakukan rekrutmen memanipulasi anak muda yang kehilangan arah dan mendorong mereka untuk bergabung ke ISIS.

"Seperti kakak laki-laki berkata kepada saya, seperti ayah yang mengatakan, 'Berhenti memakai narkoba, berhenti memukul orang lain. Bergabung dengan kami saja. Berperang untuk Allah. Berperang untuk kebebasan Muslim. Muslim dibunuh dan diperkosa. Anda membuang-buang kehidupan. Anda tidak mendapatkan apa pun dari orang Swedia," kata Imran.

"Pria ini adalah seorang penjahat sama seperti saya dan melakukan banyak keburukan. Dan sekarang dia mendatangi saya dan mengatakan, 'Anda harus berubah'".

Imran pada mulanya sangat berkeinginan melakukan perjalanan ke Timur Tengah dan bergabung ke ISIS. Tetapi, setelah melihat video dan foto kebrutalan mereka, dia mengatakan bahwa dirinya takut dan berkeinginan hidup di Swedia saja.

Situasi di daerah seperti Angered menjadi pemicu ketidakpuasaan yang siap meledak.

Anda menyaksikan ketidakpuasan terutama di antara generasi kedua yang "bukan etnik Swedia", itulah istilah yang dipakai di sini.

Kebanyakan orangtua mereka melarikan diri dari negara yang hancur karena perang untuk mendapatkan keamanan dan menemukannya di Swedia. Mereka sepertinya berterima kasih atas yang diberikan negara itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com