DAVAO, KOMPAS.com - Presiden Filipina Rodrigo Duterte merencanakan untuk memperpanjang perang melawan narkoba selama enam bulan.
Dia beralasan terlalu banyak orang yang terlibat dalam bisnis narkotika dan dia tak bisa membunuh mereka semua.
"Saya tak menyadari sebegitu parah dan seriusnya kejahatan narkoba di republik ini hingga saya menjadi presiden," kata Duterte kepada jurnalis di Davao, Minggu (18/9/2016) malam.
Operasi anti-narkoba yang sudah digelar selama ini, kata Duterte, seperti mengeluarkan "cacing dari dalam sarangnya", sehingga dia menginginkan waktu tambahan untuk menyelesaikan pekerjaan ini.
"Bahkan jika saya ingin, saya tak bisa membunuh mereka semua karena laporan terakhir akan sangat tebal," ujar Duterte merujuk pada daftar terbaru para terduga bandar narkoba yang disusun kepolisian.
Sejauh ini, polisi mengatakan telah menewaskan 1.105 terduga pengedar narkoba selama hampir tiga bulan Duterte berkuasa.
Sementara, 2.035 orang lainnya tewas dibunuh orang tak dikenal, yang oleh pada aktivis HAM adalah sebuah praktik main hakim sendiri yang didorong seruan Duterte agar warga tak ragu membunuh para pengedar narkotika.
Perang melawan narkotika yang sudah menewaskan ribuan orang ini mengundang banyak kritik termasuk dari PBB, parlemen Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Namun, Duterte mengabaikan semua kritik itu bahkan tak jarang mengumbar caci maki termasuk terhadap Presiden AS Barack Obama yang dinilainya mencampuri urusan dalam negeri Filipina.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.