MELBOURNE, KOMPAS.com – Sosok raksasa dengan rambut gondrong, taring panjang dan gigi besar-besar, serta mata bulat melotot tanpa bola mata terpampang besar-besar di dinding kelas. Setengah badan sang raksasa memenuhi slide yang dipantulkan ke dinding. Warnanya hitam putih.
Seorang remaja tergopoh-gopoh masuk lalu duduk di bangku pada baris kedua tempat duduk di kelas itu, sementara Yacinta Kurniasih tengah merapikan kertas yang ada di atas meja. Dia lalu mulai membagikannya satu per satu kepada para mahasiswanya.
“Ada yang tahu apa ini?” tanya Yacinta sambil menunjuk ke gambar raksasa di dinding.
“Genderuwo,” jawab salah satu mahasiswa dengan aksen Australia yang khas.
“Betul, ini genderuwo. Ini salah satu hantu atau dedemit di Indonesia. Coba sebutkan kata sifat dari genderuwo,” pinta Yacinta kepada salah satu mahasiswanya.
“Besar, pemarah,” ujar salah satu mahasiswa bernama Gerard.
“Takut,” jawab teman di sebelahnya.
“Kamu takut?” tanya Yacinta kemudian.
“Tidak,” jawab si mahasiswa sambil tertawa.
“Kita sudah baca naskah Dhemit. Siapa karakter yang tidak disukai? Emma?” tanya Yacinta sambil menatap kepada mahasiswinya yang bernama Emma.
“Rajegwesi. Karena dia tidak peduli lingkungan dan orang lain tidak dihormati,” tutur Emma.
“Terima kasih. Kalau (karakter) yang disukai? Charlie?” tanya Yacinta lagi.
“Sawan. Karena jahat dan tua. Saya suka laki-laki tua,” ungkap Charlie disambut tawa teman-temannya.
“Coba sebutkan satu kata kerja dari karakter Suli. Gerard?” pinta Yacinta kemudian.