Raqqa masih tetap sulit ditembusi koalisi hingga kini. Setiap ada usaha untuk mendekati pusat kekhalifahan ISIS itu, selalu ada penghadangan yang kuat dari kelompok garis keras itu.
Tiga pekan lalu, ISIS melancarkan serangan balik menyusul gempuran pasukan Suriah ke Raqqa hingga menewaskan 40 tentara Suriah.
ISIS masih tetap kuat. ISIS malah menunjukkan ketahanan yang mengejutkan meski telah puluhan ribu kali koalisi AS melakukan serangan udara, begitu juga serangan udara koalisi Rusia.
Sebuah analisis yang mengupas strategi militer ISIS mungkin dapat membantu untuk menjelaskan alasan mengapa ISIS masih kuat.
Dalam majalah propaganda ISIS, Dabiq edisi November 2014, seperti dilaporkan BBC News, inti strategi kelompok teror ini adalah konsep “bertahan dan berkembang (remaining and expanding)”.
Dengan mempraktikkan teori itu, ISIS dapat bertahan di lokasi yang disebut pusat kekhalifahan mereka di Raqqa, Suriah, sejak 2014 dan Mosul, kota besar kedua di Irak, sejak 10 June 2014.
Lingkaran geografis
Untuk bisa berkembang lebih jauh, ISIS telah membagi dunia menjadi tiga bagian.
The Institute for the Study of War (ISW), lembaga intelijen yang berbasis Washington DC, AS, mengistilahkan pembagian itu dengan ‘tiga lingkaran geografis (three geographic rings)’.
Lingkaran paling dalam ialah di Irak dan al-Sham (Suriah). Lingkaran kedua ialah Timur Tengah dan Afrika Utara. Lingkaran terluar ialah Eropa, Asia, dan Amerika Serikat.
Menurut ISW, setiap lingkaran harus dikuasai menggunakan tiga strategi militer, yakni perang konvensional, gerilya, dan serangan teror. Ketiganya digunakan secara efektif di lingkaran terdalam.
Di lingkaran kedua, dampak perang konvensional dan gerilya sudah mulai dirasakan.
Contohnya, sejumlah serangan ke militer dan polisi di Sinai dan penguasaan beberapa kota di Libya, termasuk sempat menguasai Sirte, kota kelahiran mantan orang kuat Moammar Khadafy.
Para pelaku solo atau lone wolf telah membawa strategi teror ke lingkaran terluar, seperti pernah terjadi di Australia, AS, Kanada, Banglades, Belgia, Perancis, dan kini di Indonesia.