Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Kesaksian Korban yang Tersungkur di Atas Air Bercampur Darah...

Kompas.com - 15/06/2016, 15:49 WIB

ORLANDO, KOMPAS.com - Dengan luka tembak di kaki, dan tersungkur di atas air bercampur darah di kamar mandi, Patience Carter masih mampu mendengar Omar Mateen menelepon ke nomor darurat 911. 

Patience Carter adalah salah satu korban selamat dalam penyerangan di kelab malam Pulse, Orlando, Amerika Serikat, Minggu dinihari lalu.

Sementara, Omar Mateen, adalah warga negara AS keturunan Afganistan yang lahir di New York 29 tahun lalu. Dia yang melakukan penembakan hingga menyebabkan 49 orang tewas dan 53 lainnya terluka pagi itu.

Patience Carter mengaku bisa mendengar dengan jelas percakapan Mateen dengan operator telepon 911. Mateen hanya berdiri beberapa meter dari tempat Patience Carter tersungkur.

Menurut Patience Carter, dalam percakapan itu terdengar Mateen berkata, dia ingin AS berhenti mengebom kampung halamannya, Afganistan.

"Kami mengetahui apa yang menjadi motif serangan itu. Dia tak akan berhenti membunuh sampai dia sendiri terbunuh," ungkap wanita itu, Selasa (14/6/2016), ketika menggelar jumpa pers di rumah sakit di mana dia dirawat.

Dalam jumpa pers di RS Orlando Center itu, Carter mengaku hanya bisa berdoa dalam posisi tersungkur bersama darah dan air. 

"Saya sudah tak berpikir untuk bisa lolos dari tempat itu, saya hanya ingin berdamai dengan Tuhan. Ambillah saya, saya sudah tak menginginkannya lagi," kata Carter.

"Saya hanya memohon Tuhan mengambil jiwa dari raga saya," sambung Carter. 

Penyidikan
Saat ini, para penyidik sedang berupaya mengungkap apa yang menjadi motovasi Mateen untuk melakukan pembunuhan acak di kelab malam khusus kaum gay itu.

Pelanggan di kafe itu mengenal Mateen seperti layaknya pengunjung lain, yang menari dan kadang mencoba untuk merayu lelaki lain.

Sejumlah kemungkinan muncul terkait motif dari serangan itu. Salah satunya, seperti yang disebut Mateen ketika berbicara kepada operator 911 itu. Dia mengaku tergabung dalam kelompok teroris Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS).

Lalu, mantan istri pertama Mateen mengaku suami yang dinikahi selama empat bulan di tahun 2009 itu mengalami kelainan mental. Dia kerap marah untuk hal-hal yang terbilang sepele. Kemarahan itu pun berujung kepada kekerasan fisik.

Selain itu, ayah dari Mateen pun menyebut bahwa putranya itu memiliki dendam yang besar terhadap kaum homoseksual. 

Penyidikan yang berlangsung sekarang menitikberatkan pemeriksaan kepada istri Mateen, saat ini.

Berdasarkan keterangan dari sumber tak resmi terungkap bahwa wanita itu mengetahui rencana Mateen untuk melakukan serangan.

Jika dugaan ini benar, maka wanita yang telah memberi Meteen satu anak itu pun bisa menghadapi tuntutan hukum.

Selasa kemarin pula, penyidik mendapatkan informasi dari para tamu di kelab malam itu yang menyebut bahwa Mateen sering terlihat datang di tempat itu. Selain itu, dia pun aktif dalam jejaring aplikasi khusus kaum gay.

Keterangan itu belum resmi, dan diperoleh dari penyidik yang menolak identitasnya dipubikasikan.

Ahli Jiwa
Sejalan dengan kasus ini, sejumlah ahli kejiwaan pun mulai menduga-duga tentang kemungkinan kondisi kejiwaan Mateen.

Disebutkan, ada kemungkinan Mateen sedangan mengalami konflik bathin terkait orientasi seksualnya. Dalam titik tertentu, hal itu berkontribusi atas putusannya untuk melakukan perlawanan dengan menyerang kaum gay.

"Orang yang berjuang untuk untuk menemukan kejelasan atas identitas seksualnya berpotensi melakukan itu dengan langkah yang justru berseberangan, misalnya dengan menjadi lebih maskulin atau lebih kritis atas komunitas itu," kata Michael Newcomb, Psikiater dari Universitas Northwestern. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com