Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Donald Trump dan Hillary Clinton Beda Pandangan Terkait Penembakan Orlando

Kompas.com - 13/06/2016, 22:41 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Tragedi penembakan di Orlando yang menewaskan 50 orang itu ternyata dimaknai berbeda oleh dua politisi yang paling berpeluang menjadi pemimpin AS, Donald Trump dan Hillary Clinton.

Bakal calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump menekankan bahwa insiden di Orlando itu menjadi bukti perlunya pengawasan ketat terhadap komunitas-komunitas Muslim dan masjid-masjid di AS.

Sementara, Hillary Clinton, kandidat dari Partai Demokrat, justru menilai agar warga AS tidak saling menyalahkan dan tidak menjadikan insiden itu sebagai alasan untuk membenci kelompok agama tertentu.

"Kita tidak bisa menjelekkan dan menyatakan perang terhadap suatu agama. Itu sangat berbahaya," kata Hillaru kepada jaringan televisi MSNBC, Senin (13/6/2016).

Namun, Hillary menegaskan, dirinya sepakat dengan kebutuhan langkah yang lebih tegas untuk mencegah aksi serangan individual dan lebih mengawasi dunia maya.

Meski cukup bukti untuk menunjukkan bahwa aksi Omar Mateed kemungkinan besar didasari kebenciannya terhadap kelompok homoseksual, tetapi berbagai diskusi dan perdebatan di AS hampir selalu mengarah kepada ISIS dan terorisme domestik.

Trump, yang hampir pasti menjadi kandidat presiden Partai Republik, bahkan lewat akun Twitter-nya pada Minggu (12/6/2016) mengatakan, dia menghargai pengakuan beberapa orang karena pendapatnya soal Islam selama ini adalah benar.

Trump, yang dalam kampanyenya pernah berjanji akan melarang umat Islam masuk ke AS jika dia menjadi presiden, menegaskan bahwa lembaga-lembaga intelijen AS harus mengetatkan pengawasan mereka di dalam negeri.

"Kita harus mengawasi masjid-masjid dan kita juga harus mengawasi komunitas Islam. Dan, percayalah kepada saya, komunitas Islam mengetahui orang-orang yang berpotensi untuk meledak," ujar Trump kepada CNN.

Pandangan yang sangat kontras dari dua kandidat presiden ini agaknya bakal memudahkan warga AS untuk menentukan pilihannya pada pilpres November mendatang.

Satu kandidat lebih mengedepankan empati dan kehati-hatian, sedangkan kandidat lainnya lebih memilih cara keras, menuding pemerintahan Obama sebagai "banci" dan menyarankan kebijakan tangan besi.

Trump selama ini konsisten mengecam Presiden Obama yang tak pernah menggunakan frasa "teroris radikal Islam" dalam mengomentari masalah-masalah seperti penembakan di Orlando.

Upaya Trump untuk menggunakan sebuah tragedi nasional sebagai sebuah keuntungan politik bukan kali ini saja dia lakukan.

Setelah serangan Paris pada November tahun lalu, Trump mengejutkan partainya sendiri dengan menyerukan larangan bagi semua Muslim untuk masuk ke wilayah AS.

Ternyata, pernyataan keras itu "laku" dijual dan disukai para pendukung Partai Republik yang memberikan suara mereka untuk Trump di berbagai pemilihan pendahuluan.

"Di mana ada tragedi, semuanya naik. Jumlah pendukung saya naik karena kita tak memiliki kekuatan di negeri ini. Kita hanya memiliki politisi lemah dan menyedihkan," ujar Trump suatu ketika.

Sementara itu di sisi lain, Hillary dan Presiden Obama menggunakan tragedi Orlando itu sebagai sarana untuk mengusulkan aturan pengawasan kepemilikan senjata api yang lebih ketat.

Sebaliknya, Trump mengatakan, berbagai tragedi seperti penembakan massal di San Bernardino, California tak akan terjadi jika semakin banyak warga biasa yang memiliki senjata api.

Serangan terhadap Obama yang menolak menyebut langsung tersangka pelaku sebuah serangan sebagai "teroris radikal Islam" menjadi senjata utama Trump dalam kampanyenya.

Sementara Hillary, berusaha sebisa mungkin menghindari terjebak dalam isu semacam itu.

"Menurut pandangan saya, jauh lebih penting apa yang kita lakukan daripada apa yang kita katakan," kata Hillary kepada CNN.

"Lebih penting saat kami menangkap Bin Laden bukan bagaimana kami menyebut dia, apakah jihadis radikal atau Islam radikal," tambah Hillary.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com