Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apakah Donald Trump Benar-benar Melarang Muslim Masuk ke AS?

Kompas.com - 17/03/2016, 09:30 WIB
KOMPAS.com — Langkah pengusaha Donald Trump untuk menjadi kandidat presiden AS dari Partai Republik tampaknya sulit dihentikan.

Kemenangan demi kemenangan dalam pemilihan awal semakin mendekatkan Trump untuk berlaga dalam pemilihan presiden pada November mendatang.

Jika dia bertarung, terbuka kemungkinan pada awal tahun depan Trump sudah menjadi penghuni baru Gedung Putih.

Namun, banyak kalangan "ngeri" jika Trump bekerja di ruang Oval Gedung Putih. Pasalnya, banyak janji kampanyenya yang kontroversial dan terkesan radikal.

Salah satunya adalah rencananya melarang umat Muslim menjejakkan kaki di wilayah Amerika Serikat.

Pertanyaannya adalah apakah Trump, jika terpilih menjadi presiden AS, benar-benar akan menjalankan janji kampanyenya itu?

Memang sulit menjawab pertanyaan itu sebelum Trump benar-benar berkuasa, tetapi setidaknya beberapa fakta ini setidaknya bisa memberi gambaran seperti apa kelak jika Trump berkuasa.

Sebagai seorang pengusaha, Trump mendapatkan kekayaannya dari investasinya tidak hanya di AS, tetapi juga di luar negeri, termasuk di negara-negara dengan penduduk mayoritas pemeluk Islam.

Kekaisaran bisnis Trump tersebar di berbagai negara Muslim, mulai dari Turki, Qatar, Uni Emirat Arab, Dubai, Indonesia, hingga Azerbaijan.

Bisnisnya itu meliputi padang golf, hotel, proyek perumahan, hingga ratusan toko di semenanjung Arabia.

Harian ekonomi Financial Times memperkirakan setiap tahun Trump mendapatkan keuntungan 3,5 juta dollar AS atau sekitar Rp 46 miliar hanya dari kesepakatan lisensi dua proyek propertinya.

Rumah-rumah mewah di dekat lapangan golf di Dubai dijual dengan harga 1,8 juta dollar AS per unitnya. Intinya Trump meraup banyak uang dari orang-orang yang akan dilarangnya menjejakkan kaki di AS.

Berikut beberapa proyek Donald Trump di negara-negara Muslim sesuai dengan laporan kekayaannya pada Juli tahun lalu.

Dubai, Uni Emirat Arab

Trump berencana membangun dua resort golf mewah di Dubai. Dalam laporannya, Trump bekerja sama dengan DAMAC Crescent Properties.

Dari proyek ini, Trump belum mendapatkan pemasukan karena tempat mewah ini baru akan selesai dibangun tahun ini.

DAMAC sendiri sudah memberi pernyataan tidak akan berkomentar terkait agenda personal atau politik Donald Trump.

Baku, Azerbaijan

Pada November 2014, Trump mengumumkan rencana kerja sama dalam membuka sebuah hotel mewah di Baku, Azerbaijan, di pesisir Laut Kaspia.

Dalam laporan kekayaannya, Trump mengaku mendapatkan pendapatan 2,5 juta dollar AS setahun sebagai "ongkos manajemen" untuk The Trump International Hotel & Tower Baku.

Istanbul, Turki

Di kota ini, Trump memiliki gedung apartemen 40 lantai. Di situs resminya, Trump menegaskan, dia tak terlibat pembangunan gedung itu, tetapi pemiliknya memiliki lisensi namanya.

Dari situ, Trump mendapatkan ongkos royalti antara 1-5 juta dollar setahun. Ini adalah harga standar yang digunakan dalam bisnis hotel untuk membayar lisensi.

Indonesia

Beberapa bulan lalu, Trump mengumumkan rencana pembangunan resort supermewah di Bali dan lapangan golf di Jawa Barat.

Namun, kesepakatan bisnis ini belum dimasukkan ke dalam daftar laporan kekayaan kandidat calon presiden AS. 

Jika melihat dari deretan bisnisnya yang menggurita di negara-negara Islam, tampaknya Donald Trump harus berhitung ulang untuk mewujudkan janji kampanyenya melarang Muslim masuk ke Amerika Serikat.

Atau sebenarnya Donald Trump adalah sosok politisi yang jeli memanfaatkan ketakutan akan Islam yang menjangkiti sebagian warga AS demi mendapatkan dukungan?


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com