Bukan hanya di beberapa wilayah di Indonesia, tikus juga menjadi makanan di negara lain, seperti di Arunachal Pradesh, India, misalnya.
Riset tentang kebiasaan makan daging tikus yang biasa dilakukan suku-suku di timur laut India, di antaranya suku Adi dan Apatani, dilakukan Victor Benno Meyer-Rochow.
Victor adalah peneliti di Universitas Oulu, Finlandia. Dalam survei ini, dia didampingi oleh ilmuwan yang juga merupakan anggota suku Adi, Karsing Megu.
Tak diketahui secara pasti sejak kapan suku ini menyantap tikus. Peneliti meyakini tradisi panjang ini dilakukan bukan karena masyarakat di sana kekurangan bahan pangan.
Sebab, di wilayah itu juga, masih terdapat berbagai jenis hewan buruan lainnya, seperti kijang dan kambing.
Namun, tikus sangat diburu karena masyarakat beranggapan dagingnya lezat.
Ada berbagai strategi dalam menangkap tikus. Salah satunya ialah dengan menggunakan bambu dengan seutas tali dari kulit pohon yang berfungsi untuk menjerat mangsa yang terpancing umpan.
Cara lainnya adalah dengan pembakaran arang sekam yang diletakkan di dalam bumbung bambu untuk menghasilkan asap.
Asap kemudian ditiupkan ke dalam liang tikus yang memaksa tikus keluar dari sarang dan mati lemas.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.