Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menelusuri Jejak Keturunan Indonesia Asal Bawean di Vietnam

Kompas.com - 03/08/2015, 14:41 WIB

"Sebagian besar dari mereka tidak memiliki dokumen dan tidak bisa pulang ke Indonesia. Yang berhasil mengontak kerabatnya dapat pulang ke Bawean, tetapi jumlahnya sangat sedikit karena alat komunikasi yang sangat terbatas pada masa itu," jelas Stockhof.

Stockhof mengatakan bagi orang-orang Bawean yang memilki dokumen yang dikeluarkan pemerintah kolonial Perancis pun mengalami kesulitan.

"Dalam dokumen itu mereka disebut sebagai etnis Melayu. Lalu kantor Kementerian Luar Negeri Vietnam mengatakan mereka itu Ma'alay yang artinya warga Malaysia. Selanjutnya mereka pun mendatangi perwakilan pemerintah Malaysia, tetapi ditolak karena mereka juga bukan warga negara di sana," jelas Stockhof.

Akhirnya mereka pun kembali ke kantor Kementerian Luar Negeri Vietnam dan akhirnya ditawarkan untuk menjadi warga negara Vietnam.

Akan tetapi masalah kembali muncul ketika akan mencantumkan etnisitas.

"Ketika mereka sebut berasal dari suku Bawean, tidak dikenal di Vietnam lalu ditawarkan dicantumkan sebagai etnis Cham karena sama-sama Muslim. Tetapi karena bukan orang Cham maka mereka pun menolak, akhirnya setelah pembahasan yang panjang dalam kolom suku di kartu identitas orang Bawean disebut Indonesia, padahal kan itu bukan suku tapi nama negara asal," kata Stockhof.

Enggan pulang

Keturunan Bawaen yang besar atau lahir di Vietnam ada juga yang kemudian pindah ke negara lain seperti Singapura dan Perancis yang pernah berkuasa di Vietnam. Salah satunya adalah Nur Jannah Binti Abubakar, keturunan Bawean asal Vietnam yang telah menjadi warga negara Singapura.

Nur Jannah berada di Ho Chi Minh pada pertengahan Juni lalu untuk mengurus bisnis kafe dan penginapan yang berlokasi di dekat Masjid Al Rahim.

Dia mengatakan kakeknya tiba di Vietnam ketika negara itu berada dalam jajahan Perancis. Kakeknya kemudian menetap di Ho Chi Minh.

Tetapi kekalahan pemerintah kolonial Perancis menyebabkan situasi keamanan Vietnam tidak pasti, sehingga ayahnya memutuskan untuk mengungsi ke Paris bersama anak-anaknya, kecuali Nur Jannah.

"Saya waktu itu sudah menikah dengan orang Singapura dan menjadi warga negara di sana. Adik saya ada yang ikut ayah ke Paris, lalu ada juga yang menetap di AS," jelas dia.

Meski demikian, Nur mengisahkan ayahnya memintanya untuk tetap berhubungan dengan kerabat yang berada di Pulau Bawean.

“Saya ke Bawean untuk bertemu dengan kerabat dan beberapa kali nyekar ke makam keluarga," jelas dia.

Berbeda dengan keturunan Bawean di Vietnam yang tak lagi kenal tradisi leluhur, Nur mengatakan keturunan Bawean yang tinggal dan menjadi warga negara Singapura masih berhubungan dengan kerabat di kampung halaman dan menjalankan tradisi Bawean.

Imam Ally mengatakan anak-anaknya lebih merasa sebagai orang Vietnam dibandingkan Indonesia. Sementara dirinya tidak ingin kembali ke Bawean karena tidak mengetahui apakah masih ada kerabat di sana dan khawatir jika kembali malah hidup susah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com