Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pendaki Australia yang Terjebak di Gunung Kinabalu

Kompas.com - 08/06/2015, 08:10 WIB

"Upaya bantuan yang diklaim pemerintah tak ubahnya lelucon saja," kata Dumlao.

Tak heran, Dumlao mengatakan pemandu jalan jauh lebih berperan menolong pendaki yang terjebak ketimbang tim SAR.

"Para pemandu pendakian di Gunung Kinabalu adalah pahlawan kami dalam evakuasi ini. Mereka mempertaruhkan nyawa mereka dan mengambil keputusan sulit yang pada akhirnya menyelamatkan hidup kami meski tanpa pengakuan dari otoritas setempat,’ katanya.

Gempa bumi berkekuatan 6 SR mengguncang Gunung Kinabalu, salah satu tujuan pariwisata populer di Malaysia.

Gempa yang tercatat sebagai salah satu gempa terkuat di Malaysia dalam beberapa dekade terakhir ini memicu tanah longsor dan runtuhnya batu-batu granit berukuran besar dari puncak gunung setinggi 4.095 meter itu.

Tim SAR mencatat ada 13 orang korban tewas dan enam masih dinyatakan hilang di puncak gunung tertinggi di kawasan Asia Tenggara tersebut.

"Total kami menemukan 13 jenazah, dua ditemukan hari Jumat kemarin dan hari ini kami kembali menemukan 11 jenazah. Enam orang masih kita cari. Saya tidak dapat memastikan dari mana mereka berasal,” kata Mohammad Farhan Lee Abdullah, Kepala Kepolisian Kota Ranau di dekat Gunung Kinabalu.

Di antara korban tewas adalah pelajar berusia 12 tahun asal Singapura, yang diidentifikasi bernama Wee Ying Ping Peony. Ia adalah salah satu peserta trekking dari sebuah kelompok berjumlah 40 orang. 

Pendaki yang terjebak di puncak Gunung Kinabalu tercatat berasal dari 16 negara, termasuk 117 warga Malaysia, 38 warga Singapura, 5 warga Amerika, empat Belanda, tiga Inggris, dua Perancis dan dua warga Australia.

Di laporkan juga ada sejumlah wisatawan dari Belgia, Thailand, Filipina, Kazakhstan, India, Selandia Baru, Korea Selatan, Denmark dan China.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com