Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Militer AS Tak Sengaja Kirim Virus Antraks Aktif ke Sejumlah Laboratorium

Kompas.com - 28/05/2015, 11:00 WIB
WASHINGTON DC, KOMPAS.com — Militer AS secara tak sengaja mengirimkan bakteri antraks yang masih hidup ke sejumlah laboratorium di sembilan negara bagian dan sebuah pangkalan AS di Korea Selatan.

Seorang pejabat AS, Rabu (27/5/2015), mengatakan, tampaknya upaya untuk mematikan bakteri-bakteri antraks yang dilakukan tahun lalu berakhir dengan kegagalan.

Pentagon mengatakan, sejauh ini belum diperoleh laporan terkait seseorang telah terjangkit infeksi atau risikonya untuk publik. Namun, setidaknya empat warga sipil AS telah menjalani langkah-langkah pencegahan, termasuk pemberian vaksin anti-antraks, anti-biotik, atau keduanya.

Sementara itu, 22 orang personel militer AS di Korea Selatan juga menjalani langkah-langkah medis untuk mencegah infeksi antraks meski sejauh ini belum terlihat tanda-tanda seorang pun terpapar antraks.

"Empat orang di AS menghadapi risiko minimal," kata Jason McDonald, juru bicara Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC), yang saat ini tengah menyelidiki insiden tersebut.

Jika virus antraks menyebar ke udara, maka virus tersebut bisa mengakibatkan penyakit mematikan yang disebut penyakit pernapasan antraks.

Situasi tersebut pernah terjadi pada 2001 saat virus antraks dikirim lewat pos ke kantor-kantor pemerintah dan media yang menyebabkan lima orang tewas.

Virus antraks, yang awalnya berasal dari sebuah laboratorium militer di Utah, seharusnya dikirim dalam keadaan tidak aktif sebagai bagian dari upaya pengembangan uji coba untuk mengidentifikasi ancaman biologis.

"Sebagai pencegahan, kementerian pertahanan telah menghentikan pengiriman material ini dari seluruh laboratorium kami sambil menunggu hasil investigasi," ujar juru bicara Pentagon, Kolonel Steve Warren.

Kini semua sampel yang akan diteliti sudah dikirimkan ke CDC atau laboratorium badan tersebut untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut. CDC juga mengirim para pakarnya ke lokasi untuk melakukan investigasi lapangan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com