Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Australia Mantan Anggota ISIS Takut Dipenjara Saat Pulang

Kompas.com - 19/05/2015, 16:49 WIB

CANBERRA, KOMPAS.com — Seorang pria asal negara bagian Victoria, Australia, yang bergabung dengan Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) sedang melakukan negosiasi dengan Kepolisian Federal Australia (AFP) agar diperbolehkan pulang.

Dia melakukan negosiasi karena pria itu takut akan dijatuhi hukuman penjara jika kembali ke kampung halamannya.

Awal pekan ini Perdana Menteri Tony Abbott menegaskan, setiap warga negara Australia yang bergabung dengan kelompok ekstremis akan ditangkap dan dipenjarakan jika kembali pulang.

"Tidak ada tempat di negara kita bagi mereka yang mengalami radikalisasi dan brutalisasi dengan cara bergabung ke dalam kelompok teroris," ujar PM Abbott.

Pengacara Rob Stary yang mewakili warga Victoria tersebut mengakui telah melakukan negosiasi dengan AFP mengenai rencana kepulangan kliennya.

Stary mengungkapkan, kliennya merupakan pekerja medis di salah satu lokasi yang dikuasai kelompok ISIS di Suriah. Ia mengatakan, paspor kliennya itu telah dibatalkan oleh Pemerintah Australia.

"Saya tidak berharap klien saya itu akan kembali dalam situasi sekarang. Kami tidak mengatakan bahwa klien saya tidak perlu dituntut jika dia melakukan kejahatan," kata Stary kepada ABC.

Stary mengatakan, meskipun kliennya itu merupakan pekerja media dalam konflik tersebut, ia memperkirakan kliennya akan tetap dikenakan tuntutan jika kembali ke Australia.

Meskipun Stary tidak mengungkap identitas kliennya, dipercaya bahwa klien itu sama dengan orang yang tampil dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi CBS pada Februari lalu.

Pria yang baru memeluk Islam itu menyebut dirinya dengan nama Abu Ibrahim, dan mengaku telah meninggalkan ISIS setelah mengalami disilusi. Selama enam bulan tinggal bersama ISIS, Abu Ibrahim mengaku melihat pelaksanaan hukuman mati yang biasanya dilakukan di depan umum.

Kepada CBS, Abu Ibrahim mengaku jika sekali bergabung maka akan sangat sulit bagi seseorang untuk meninggalkan ISIS.

"Alasan utama saya meninggalkan ISIS adalah karena saya merasa tidak melakukan apa yang tadinya akan saya lakukan, yaitu membantu rakyat Suriah dalam kemanusiaan," katanya.

Kepada ABC, Stary mengatakan, Jerman dan Norwegia kini mendorong orang-orang yang kembali dari konflik di luar negeri karena mereka bisa direkrut untuk mencegah orang lain turut bergabung. "Mereka bisa dilibatkan dalam program deradikalisasi," kata Stary.

Namun, PM Abbott menyatakan, sekali seseorang menjadi teroris di luar negeri, maka akan merupakan ancaman serius jika orang tersebut kembali ke negara asal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com